Oleh:
Mohamad Rian Ari Sandi
Sesaat sebelum tahun 2012 berakhir banyak
pengamat politik memprediksi bahwa tahun 2013 merupakan tahun politik dimana
parpol akan pasang kuda-kuda untuk menata diri agar di tahun 2014 bisa menarik
simpati masyarakat. Hal yang pasti bagi mereka adalah bagaimana caranya agar
mereka bisa mendongkrak popularitas dan elektabilitas. Salah satunya dengan
menjaga agar citra partai mereka bisa terus membaik di mata masyarakat. Namun tampaknya
bagi Partai NasDem, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera,
bulan Januari atau di awal 2013 ini merupakan ujian cukup berat yang harus
mereka lewati.
Partai
NasDem yang tengah gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat umum sebagai
partai baru dengan mengusung jargon Gerakan Perubahan mendapatkan tamparan
keras ketika Hary Tanoesoedibjo beserta “antek-anteknya” mengundurkan diri dari
kepengurusan dan keanggotaan partai. Mundurnya HT tentu memberikan dampak yang
tidak kecil bagi partai NasDem, terutama berkenaan dengan iklan partai yang
tidak bisa lagi mudah nampang di televisi dan media milik HT yang tergabung
dalam MNC Group. Sampai sekarang efek mundurnya HT masih terasa. Terutama gejolak
beberapa pengurus di wilayah yang kecewa kepada pengurus pusat atau mungkin
juga “kepincut” untuk bergabung dengan ormas Perindo yang dibentuk oleh HT.
Selanjutnya ada Partai Amanat
Nasional. Hari minggu pagi atau tanggal 27/01 lalu salah satu politisi mereka
yang juga anggota DPRD DKI Jakarta Wanda Hamidah harus ikut terseret dalam
penggerebekan Badan Narkotika Nasional terhadap pesta narkoba yang dilakukan di
rumah Raffi Ahmad. Karena berada di lokasi kejadian Wanda pun harus ikut serta
dibawa ke kantor BNN untuk dimintai keterangan. Keberadaan Wanda di rumah Raffi
Ahmad di pagi buta membuat media gencar melakukan pemberitaan tentang
kemungkinan keterlibatan Wanda dalam pesta narkoba tersebut, ataukah mungkin ada
hubungan khusus antara Wanda dan Raffi. Tak ayal pemberitaan tersebut cukup
membuat citra PAN sedikit tercoreng. Untungnya saja, PAN melalui Ketua DPP PAN
sigap bergerak dengan melakukan klarifikasi kepada publik agar tidak mudah
termakan oleh pemberitaan yang menyudutkan Wanda. Sampai pada akhirnya, rabu
30/1 kemarin Wanda dikembalikan lagi kepada keluarga karena terbukti tidak
terlibat dalam pesta narkoba tersebut.
Dan dipenghujung bulan Januari,
publik kembali digegerkan dengan terbongkarnya dugaan kasus korupsi yang
menyeret Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Luthfi ditangkap oleh KPK di kantor
DPP PKS Jln.TB Simatupang, Jakarta rabu malam, karena diduga terlibat dalam
kasus suap impor daging sapi senilai satu miliar. Kasus korupsi yang menyeret
kader PKS tentu akan membuat publik terhenyak, apalagi yang tersangkut adalah
Pimpinannya langsung. Padahal selama ini partai yang berasaskan islam tersebut
selalu mengkampanyekan diri sebagai partai bersih. Dan memang dari kasus-kasus
korupsi yang menyeret pejabat publik, (seingat saya) baru hanya Misbakhun yang
berasal dari PKS. Tentu hal itu menjadi nilai plus PKS di mata publik. Tapi setelah
kasus ini mencuat dan (saya prediksikan) akan menjadi pembahasan hangat di
media massa beberapa hari/pekan kedepan, akankah kepercayaan publik terutama
simpatisan PKS menurun? Tentu semua itu tergantung banyak faktor. Jika memang
Luthfi merasa tidak bersalah dan PKS yakin presidennya tersebut tidak terkait
kasus korupsi, mereka harus bekerja ekstra keras untuk meyakinkan publik agar
kepercayaan mereka kepada PKS tidak terpengaruh. Dan itu bukanlah perkara
mudah.
Semoga kita sebagai masyarakat bisa
bersikap bijak dalam menganggapi setiap pemberitaan yang ada di media massa. Apalagi
jika berkenaan dengan kasus hukum yang menyeret kader partai politik. Kita harus
cerdas dalam mencerna dan mengambil kesimpulan terhadap kebenaran berita
tersebut. Karena saat ini kita semua tahu, banyak dari media termasuk televisi
yang sudah “didomplengi” oleh kepentingan-kepentingan politik yang tentunya
akan berpengaruh kepada bagaimana cara mereka menyajikan pemberitaan kepada
masyarakat.
Tulisan ini juga diposting di: http://politik.kompasiana.com/2013/01/31/tiga-partai-politik-jadi-korban-di-januari-529537.html