Kamis, 21 Februari 2013

Golput? Malu dong sama de Dzikri!






Oleh: Mohamad Rian Ari Sandi
Rabu malam tanggal 20 Februari kemarin ketika saya bersama om sedang menyimak debat kandidat Pilgub Jabar 2013 yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional, adik sepupu saya atau anak om bernama Dzikri tiba-tiba datang menghampiri ayahnya. Kemudian om saya iseng bertanya kepada Dzikri, “De pilih nomor berapa?”, spontan Dzikri menjawab “Aku mah pilih nomor empat”. Saya hanya tersenyum dan awalnya sedikit heran, namun ketika saya mengingat kembali tampaknya jawaban Dzikri tidak terlalu mengherankan, karena lingkungan rumah om saya tersebut merupakan basis massa kandidat kancing merah.
          Ternyata percakapan ayah dan anak ini masih berlanjut, “Kenapa de milih nomor empat?” lanjut om saya, “ah pokonya aku mah pengen nomor empat”, kira-kira seperti itulah Dzikri menimpali (saya kurang ingat kalimat persisnya seperti apa), saya kembali tersenyum mendengar jawaban anak yang sebulan lagi akan berusia tujuh tahun tersebut. Keheranan sekaligus keterkejutan saya tidak selesai sampai disitu, ketika om saya mencoba merubuhkan pilihan Dzikri agar beralih memilih kandidat lain, Dzikri tetap bergeming dengan pilihannya. Klimaks keheranan dan keterkejutan saya sampai pada ketika Dzikri justru balik bertanya pada ayahnya, “kalo papah pilih nomor berapa?”, dengan nada bercanda om saya menjawab “aku mah pilih nomor 7”, sontak Dzikri pun protes “apa da ngga ada nomor tujuh”, lalu saya ikut nimbrung dan coba mengetes Dzikri, “Emang semuanya ada berapa gitu de?”, meskipun sedikit ragu Dzikri menjawab “Cuman sampai lima kan a?”. Saya mengiyakan dalam hati, kembali tersenyum, heran sekaligus bangga pada pengamat politik cilik kelas satu SD tersebut.
          Apa hikmah yang bisa kita ambil dari percakapan antara tiga orang yang dilahirkan di tiga zaman berbeda tersebut? Kampanye salah satu kandidat kah? Sama sekali bukan.  Karena kalau harus jujur, sampai detik ini, saya masih belum mempunyai pilihan yang pasti, meskipun sudah mengerucut ke dua pasangan calon. Melalui tulisan ini saya sebetulnya hanya ingin menggugah kesadaran masyarakat Jawa Barat yang sudah terdaftar sebagai pemilih untuk menggunakan hak pilihnya dengan sebaik-baiknya pada hari H pencoblosan tanggal 24 Februari 2013 lusa.
          Mereka yang sampai saat ini acuh tak acuh terhadap proses pilgub 2013 dan juga sudah berniat untuk golput harusnya malu kepada Dzikri Nawawi Wijaya Kusuma, anak berusia 7 tahun kelas satu SD. Walaupun sebetulnya belum punya hak pilih dan belum saatnya untuk ikut berpartisipasi dalam proses pemilihan calon pemimpin, Dzikri secara tidak ia sadari sudah ikut mengamati dan menentukan pilihan siapa yang ia inginkan untuk memimpin Jawa Barat untuk periode 2013-2018. Padahal di detik ini saya yakin, masih banyak orang yang belum tahu ada berapa pasangan calon yang “mentas” di pilgub Jabar 2013 ini, karena sikap acuh tak acuhnya terhadap proses pilgub, eleh ku de dzikri!
          Maka dari itulah, kepada seluruh pemilih di Jawa Barat, bagi yang sudah punya pilihan, mantapkan pilihannya dan doakan pilihannya tersebut agar menjadi pemimpin yang amanah jika nanti terpilih. Bagi yang belum punya pilihan tapi sudah berniat untuk memilih seperti saya, teruslah berdoa memohon kepada Allah swt, Sang pemilik bumi dan langit, agar diberikan petunjuk siapakah yang layak untuk kita amanahkan Jawa Barat untuk lima tahun ke depan. Dan bagi yang sudah berniat golput dan tidak tahu ada berapa dan siapa saja calon gubernur/wakil gubernur 2013-2018, belum lah terlambat untuk segera insyaf, segera amati media massa, tanya kerabat dan kawan dekat agar mendapatkan referensi tentang siapakah dan seperti apakah figur calon gubernur dan wakil gubernur yang ada, untuk kemudian ditentukan satu pilihan yang paling baik menurut hati nurani, tidak lupa juga doakan agar pilihannya itu bisa menjaga amanah bila nanti terpilih.  
Selamat memilih!

Tulisan ini juga diposting di http://politik.kompasiana.com/2013/02/22/golput-malu-dong-sama-de-dzikri-536079.html
       

Sabtu, 09 Februari 2013

Rapor Debat Kandidat Pilgub Jabar



gambar: http://www.rimanews.com/read/20121002/77106/dua-jenderal-nanan-dan-dikdik-ramaikan-pilgub-jabar

Oleh: Mohamad Rian Ari Sandi

        Beberapa saat yang lalu baru saja dilangsungkan debat kandidat cagub/cawagub Jawa barat 2013 di Metro TV. Dari penampilan lima pasangan kandidat yang ada, menurut saya belum ada satu pun yang bisa betul-betul menjadi sosok yang menjanjikan dan meyakinkan untuk memegang amanah kepemimpinan Jawa Barat untuk periode 2013-2018. Salah satu indikator yang saya catat ialah beberapa calon masih terlalu banyak bertele-tele dalam melakukan paparan program atau pun juga menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, sedangkan substansi yang semestinya menjadi titik penekanan kurang bisa tersampaikan karena terbatasnya waktu. Kemudian dalam memberikan jawaban dari sebuah pertanyaan mengenai solusi penanganan dari sebuah permasalahan hampir semua calon memberikan jawaban normatif dan terkesan mengambang.
          Setelah hampir selama dua jam saya mengamati dengan seksama performa yang ditunjukan oleh pasangan cagub-cawagub, saya memiliki gambaran penilaian terhadap kemampuan semua calon yang saya terjemahkan ke dalam nilai angka skala antara 1-10, dimana hasilnya sebagai berikut:

1. Dikdik Mulyana AM-Cecep NS Toyib
          Pasangan ini saya beri nilai 5. Nilai merah ini saya berikan tentunya bukan tanpa alasan. Hal yang paling saya soroti adalah kemampuan berbicara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat, pakar, dan juga kandidat lainnya justru memperlihatkan bahwa seharusnya Toyib lah yang lebih layak untuk menjadi calon gubernur. Meskipun tidak bisa menjawab sempurna, namun  paling tidak Toyib mampu menjawab sesuai konteks permasalahan yang ditanyakan, berbeda dengan partnernya Dikdik yang seringkali menjawab keluar dari konteks permasalahan yang ditanyakan.

2. Irianto MS Syafiuddin-Tatang F Hakim
          Pasangan kandidat Indramayu-Tasikmalaya connection ini saya beri nilai 5,5. Pengalaman Yance dan Tatang menjadi Kepala Daerah selama dua periode memang menjadi bekal berharga mereka menghadapi pilgub ini. Sayangnya, pengalaman tersebut belum terartikulasikan secara penuh dalam performa mereka tadi. Hampir sama tapi beda dengan nomor urut satu, dimana figur cawagub lebih baik daripada figur cagubnya sendiri. Mungkin secara pengalaman Yance dan Tatang hampir sama, tetapi dalam hal ketepatan dan kecermatan memberikan jawaban ataupun memberikan pertanyaan kepada kandidat lain, Tatang lebih baik dari Yance. Yance beberapa kali bertele-tele menyampaikan hal yang tidak penting untuk disampaikan, sehingga substansi visi-misi yang semestinya ia sampaikan kepada khalayak luas, tidak bisa maksimal tersampaikan karena waktu yang disediakan banyak tersedot hal-hal tidak perlu. Catatan lainnya, ketika memberikan pertanyaan, beberapa kali Yance terkesan ingin menjatuhkan lawan politiknya. Tentu itu bukanlah hal baik.

3. Dede Yusuf ME-Lex Laksamana
          Untuk pasangan ini saya beri nilai 6,5, atau yang terbaik diantara para calon lain. Sayangnya kalau harus jujur nilai itu 95 % diberikan karena peran Dede Yusuf yang sangat dominan. Sementara Lex sejujurnya masih kurang bisa mengimbangi gaya energik Dede sebagai politikus muda. Hal itu terlihat dari cara Dede dan Lex menyampaikan paparan program atau pun menjawab pertanyaan, keduanya cukup kontradiktif. Dede selalu percaya diri, lugas, dan tegas dalam menyampaikan gagasan-gagasan, dengan gayanya tersebut tentunya cukup mampu untuk mempengaruhi psikologi pemilih. Sedangkan Lex Laksamana tidak menampakan kepercaya dirian seperti yang Dede tunjukan, dia pun masih terkesan kurang lugas dant tegas dalam memberikan paparan. Entah itu dipengaruhi faktor usia atau tidak, yang pasti itulah kenyataannya dari persepsi saya pribadi.

4. Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar
          Nilai 6 saya berikan untuk pasangan ini. Hampir sama tapi sedikit beda dengan nomor urut 3, nilai 6 ini saya berikan karena peran cagubnya yang sangat dominan ketimbang cawagub. Aher selalu tampil tenang namun tetap lugas dan tegas dalam memberikan paparan visi misi atau juga menjawab pertanyaan, bahkan sekalipun selama acara tersebut—yang saya catat—dia adalah orang yang paling sering diserang, Aher tetap tenang mengumbar senyum bersahabat tanpa terpancing untuk membalas menyerang kandidat lain. Titik lemah pasangan ini jujur saya katakan ada pada Deddy Mizwar. Tokoh idola saya di dunia entartainment ini masih perlu banyak belajar mengenai politik dan ketatanegaraan. Kekurangmengertian Deddy karena memang kurang pengalaman terlihat jelas ketika mendapat pertanyaan dari Teten Masduki. Dia malah balik bertanya mengenai kevalidan data yang dimiliki Teten berkenaan pertanyaan yang diajukan, sementara dia sendiri pun sebenarnya tidak memiliki pembanding mengenai sebuah data yang dimiliki Teten tersebut, sehingga dalam kondisi itu lah saya menganggap apa yang dilakukan Deddy dengan mempertanyakan kevalidan data merupakan sebuah bentuk pertahanan diri secara spontan karena kurang memiliki kesiapan untuk menjawab pertanyaan yang dimaksud. Dan kemudian itu diperkuat ketika akhirnya ia menyerahkan begitu saja kepada Aher untuk menjawab pertanyaan dari Teten tersebut.

5. Rieke D Pitaloka-Teten Masduki
          Kedua tokoh asal Garut ini saya beri nilai 6. Nilai plus pasangan ini terletak dari adanya keseimbangan kemampuan baik dari cagub maupun cawagubnya dalam memaparkan visi misi serta menjawab pertanyaan yang diajukan. Hanya saja minusnya Rieke beberapa kali terlihat melakukan sebuah penyerangan kepada salah satu kandidat dan terkesan ingin menjatuhkan lawan. Hal yang juga menjadi catatan saya adalah jawaban Rieke terhadap suatu permasalahan yang seringkali hanya muter-muter dalam area itu-itu saja.
         
          Itulah kira-kira pendapat dan penilaian saya terhadap semua kandidat dalam acara debat terbuka cagub-cawagub Jabar tahun 2013 ini. Semoga performa dan kapabilitas mereka sebagai calon pemimpin Jawa Barat yang baru bisa terus ditingkatkan. Karena kita sudah pasti menginginkan Jawa Barat lebih baik dari hari ini dalam berbagai bidang kehidupan.

Tulisan ini juga dipost di: http://politik.kompasiana.com/2013/02/09/rapor-debat-kandidat-pilgub-jabar-532205.html

Kamis, 07 Februari 2013

Dede-Lex Memimpin, Aher-Deddy Membayangi

Hasil Survei Lingkaran Survei Indonesia

gambar: http://padanglawasutarajaya.blogspot.com/2012/10/pilgub-jabar-2013-diibaratkan-sebagai.html



Mohamad Rian Ari Sandi


          Dede Yusuf Macan Efendi dan pasangannya Lex Laksamana unggul dari para pesaingnya dalam survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dengan elektabilitas sebesar 35,3 persen. Sementara itu Aher-Deddy Mizwar yang diprediksi akan menjadi saingan kuat Dede-Lex menempati urutan kedua dengan tingkat elektabilitas sebesar 27,4 persen. Posisi ketiga diduduki oleh pasangan yang diusung oleh PDIP Rieke-Teten dengan 13,2 persen, disusul kemudian di posisi keempat pasangan nomor urut 2 yaitu Yance-Tatang. Dan pasangan dari jalur independen Dikdik-Cecep berada diurutan paling buncit dengan 0,7 persen, (HU Pikiran Rakyat edisi 6/2)
          Namun hasil survei tersebut belum tentu menggambarkan secara pasti peta persaingan di hari H permilihan. Berkaca dari pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu dimana perolehan suara pada hari H permilihan yang “menjungkalkan” hasil survei dari beberapa lembaga survei yang dilakukan sebelum hari H pemungutan suara, di pilgub Jabar ini pun rasa-rasanya para kandidat tampaknya tidak akan terlalu menghiraukan hasil survei yang dilakukan beberapa lembaga. Walaupun begitu hasil survei setidaknya akan menjadi cambuk bagi mereka untuk terus meningkatkan performa di panggung pilgub agar mampu meraih simpati masyarakat Jawa Barat.

Calon Independen Sulit
          Sementara itu dari hasil survei tersebut kembali menempatkan pasangan nomor urut 1 dari jalur independen Dikdik-Cecep diurutan buncit dengan perolehan suara jauh tertinggal dari para pesaing lainnya. Hasil survei ini seperti menguatkan prediksi beberapa pengamat politik yang menyatakan bahwa peluang calon independen untuk dapat menang di pilgub Jawa Barat sangatlah berat. Dengan kondisi geografi yang luas dan banyaknya jumlah pemilih dibutuhkan modal politik yang kuat, terutama modal popularitas dan tentunya modal dana untuk bisa paling tidak bersaing ketat di pilgub Jawa Barat. Sedangkan saat ini kondisinya figur Dikdik dan juga Cecep kurang dikenal oleh masyarakat luas, perlu suatu kerja ekstra keras untuk mampu mengenalkan pasangan ini beserta visi-misinya ke seluruh masyarakat Jawa Barat. Saya memprediksi bahwa segmen pemilih pasangan ini diantaranya adalah orang-orang yang sudah tidak lagi memiliki kepercayaan pada partai politik sehingga memilih calon independen dan juga dari kalangan atau keluarga besar Korps Bhayangkara karena adanya ikatan emosional dengan Dikdik.

Tulisan ini juga dipublish di : http://politik.kompasiana.com/2013/02/08/dede-lex-memimpin-aher-deddy-membayangi-531831.html

Rabu, 06 Februari 2013

Kekayaan Para Kandidat Cagub-Cawagub Jabar




         gambar: http://padanglawasutarajaya.blogspot.com/2012/10/pilgub-jabar-2013-diibaratkan-sebagai.html

Para Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jawa barat periode 2013-2018 mengumumkan harta kekayaan mereka secara terbuka pada hari selasa (15/2) di Gedung Sate Jalan Diponegoro, Kota Bandung, (HU Pikiran Rakyat). Dari laporan harta kekayaan para calon tersebut diperoleh informasi bahwa Calon Gubernur dari jalur independen yang juga mantan Kapolda Sumatera  Selatan Dikdik Mulyana menjadi figur dengan kekayaan terbanyak diantara figur Cagub/Cawagub yang ada. Uniknya, pasangan Dikdik yakni Cecep NS Toyib diketahui memiliki kekayaan paling sedikit diantara semua kandidiat.
          Berikut ini tabel data kekayaan para kandidat Cagub/Cawagub Jawa Barat seperti dilansir dari Harian Umum Pikiran Rakyat edisi 6/2/2013.
Harta Calon Gubernur/Wakil Gubernur Jawa Barat
Nama
Tanggal Pelaporan
Hasil Verifikasi
Dikdik Mulyana
28 September 2012
Rp 30.564.377.843 dan 99.683 USD
Cecep Nana Suryana T
6 November 2012
Rp 1.413.789.161
Irianto Mahfudz Sidik S
26 November 2012
Rp 4.600.084.401
Tatang Fahranul Hakim
19 November 2012
Rp 5.788.404.003
Dede Yusuf Macan E
10 November 2012
Rp 11.342.766.621 dan 29.508 USD
Lex Laksamana
1 November 2012
Rp 7.350.928.801
Ahmad Heryawan
31 Oktober 2012
Rp 4.508.509.038 dan 36.000 USD
Deddy Mizwar
31 Oktober 2012
Rp 27.099.850.216 dan 35.122 USD
Rieke Diah Pitaloka
27 November 2012
Rp 2.707.309.445
Teten Masduki
12 November 2012
Rp 1.466.127.852
 Sumber: Komisi Pemberantasan Korupsi
 
Tulisan ini juga dipublish di: http://politik.kompasiana.com/2013/02/07/kekayaan-para-kandidat-cagub-cawagub-jabar-531570.html