Selasa, 23 April 2013

Menantu Idaman adalah . . . .



Sumber gambar : http://twitter.yfrog.com/oba4jttj
        
   Akhir-akhir ini saya sedang gelisah, karena ada sesuatu yang sangat meresahkan. Dan harusnya hal itu tidak terjadi, kawan.
        Kegelisahan saya ini sebetulnya terakumulasi sekitar satu minggu yang lalu, ketika saya berkunjung ke Koperasi Mahasiswa Bumi Siliwangi-UPI. Ada sebuah spanduk yang membuat saya mengernyutkan dahi, spanduk itu bertuliskan “Menantu Idaman adalah Anggota KOPMA”. Saya berteriak di dalam hati disertai gelengan kepala “Apa-apaan ini?”.
        Tulisan tersebut seakan mengakumulasi kegelisahan saya karena sebelum-sebelumnya juga banyak bertebaran tulisan sejenis, tentunya dengan objek yang berbeda. “Menantu idaman adalah bidan”, “menantu idaman adalah guru”, “menantu idaman adalah anggota rohis”, “menantu idaman adalah sopir angkot”, adalah beberapa dari tulisan tentang klaim menantu idaman yang ada dan mungkin ada. Sungguh sangat mengkahawatirkan.
        Saling klaim dengan nuansa gejala narsisme tersebut sudah seperti para politisi di pemilu atau pemilukada yang juga sering saling meng-klaim “rakyat menginginkan saya untuk maju menjadi.......”. Padahal pada realitanya kita tidak tahu rakyat mana yang dia maksud. Pun dengan klaim menantu idaman. Saya rasa organisasi percamer (persatuan calon mertua) tidak ada yang pernah mengeluarkan statement yang berisi dukungan kepada salah satu organisasi dari percamen (persatuan calon menantu), baik itu pejabat, bidan, alumni rohis, anggota koperasi, atau pun seorang tentara. Artinya, boleh dikatakan tulisan-tulisan klaim tersebut hanyalah sebuah gertakan, agar orang-orang yang tidak mempunyai afiliasi kepada salah satu organisasi percamen berkecil hati.
        Pemerintah terutama menteri agama harusnya segera turun tangan untuk mengatasi permasalahan ini. Jikat tidak, psy war diantara organisasi-organisasi percamen bukan tidak mungkin akan semakin meruncing. Dan justru dikhawatirkan para calon menantu mengalami disorientasi dalam merancang masa depan. Ditakutkan, yang jadi fokus mereka hanyalah menjadi menantu idaman calon mertua, tidak peduli siapa yang akan menjadi pasangannya. Padahal akan menjadi absurd jika para calon menantu sibuk menata diri hanya karena ingin menjadi idaman seorang Ibu yang bercita-cita memiliki menantu tentara—misalnya--, padahal kenyataannya Ibu tersebut sama sekali tidak mempunyai anak.
        Untuk itulah, saya mengajak kepada para calon menantu dimanapun anda berada, baik itu di percamen korwil daerah atau pun pusat, agar kembali ke khittah kita sebagai para calon menantu yang baik. Tidak perlu lah membuat spanduk berisi saling klaim bahwa hanya dia dan kelompoknya lah menantu paling idaman. Karena hal itu sama sekali tidak tercantum dalam AD/ART atau pun peraturan penerimaan menantu baru di organisasi Percamer, UUD 1945, apalagi di Alquran dan Sunnah.  Buat apa seorang mertua punya menantu anggota koperasi –misalnya--, kalau ternyata anaknya malah dijadikan seperti barang simpan pinjam? Atau buat apa juga seorang mertua punya menantu seorang sopir angkot –misalnya--, kalau ternyata anaknya malah dijadikan kondektur yang setia menemani suaminya kemana pun ia menarik penumpang?  Itu kah menantu idaman? Tentu tidak seperti itu.
        Kesimpulannya, menantu idaman tidak lah dilihat dari organisasi percamen mana kamu berasal (walaupun itu dijadikan bahan pertimbangan), tetapi menantu idaman sejatinya adalah dia yang bisa memastikan anak camernya berbahagia dengan perlindungan, perhatian, dan kasih sayang yang diberikan.
Tulisan ini dibuat dalam keadaan antara sadar dan tidak.
-         Mohamad Rian Ari Sandi, yang berharap termasuk kategori calon menantu idaman.

Dipublish juga di : http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2013/04/24/menantu-idaman-adalah--554031.html

Senin, 22 April 2013

Waktu Shubuh



sumber gambar : Klinik fotografi Kompas


Aku selalu suka waktu shubuh
Saat ku basuhkan air wudhu,dingin,ke sekujur tubuh
Aku selalu suka waktu shubuh
(Jika) saat adzan berkumandang, manusia-manusia termasuk aku melangkahkan kaki ke rumah-Nya
Aku selalu suka waktu shubuh
Saat masih banyak manusia terlelap, banyak manusia yang masih setia berbaris rapi mengagungkan nama-Nya

Aku selalu menikmati waktu shubuh
Menikmati segar udaranya
Menikmati suasana sunyi dan senyap

Aku selalu menikmati waktu shubuh
Menikmati kesempatan hidup yang masih diberikan
Menikmati perjalanan hidup selanjutnya untuk mengharap ridho-Nya

#Mohamad Rian Ari Sandi

Jumat, 19 April 2013

Makalah Kepemimpinan : Pemimpin Mobilisator

Oleh : Mohamad Rian Ari Sandi

  

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Tugas maha berat saat ini sedang dijalankan oleh makhluk Tuhan yang bernama manusia. Bagaimana tidak, ketika gunung-gunung dan langit menolak “tawaran” Tuhan untuk menjadi khalifah di bumi, manusia dengan segala kekurangannya justru bersedia menerimanya. Karena itulah sudah menjadi konsekuensi bagi setiap manusia dimanapun berada, pada hakikatnya dia adalah pemimpin yang wajib menjaga amanah Tuhan untuk memakmurkan bumi dengan segala potensi yang diberikan oleh Tuhan sejak ia lahir.
            Hanya saja sekarang sering kali manusia lupa akan tugasnya itu. Apalagi jika istilah pemimpin terlalu diidentikan secara sempit kepada orang yang memegang suatu jabatan formal tertentu seperti presiden, gubernur, atau ketua di sebuah organisasi. Padahal sejatinya setiap manusia adalah pemimpin, minimal bagi dirinya sendiri.
Meskipun memang tidak dapat dipungkiri bahwa pemimpin yang memegang suatu jabatan formal atau biasa disebut pejabat publik memiliki pengaruh yang lebih besar dalam putaran roda kehidupan masyarakat. Contoh yang paling kongkrit adalah jabatan presiden. Dengan jabatan yang dimiliki, seorang presiden punya kendali penuh terhadap semua kebijakan di negaranya. Jika ia menjalankan amanahnya dengan sebaik-baiknya, maka ia dapat membawa rakyatnya ke kehidupan yang lebih baik, tetapi sebaliknya jika ia tidak menjalankan amanahnya dengan baik maka berarti dia membawa rakyatnya ke kehidupan yang lebih buruk.
Indonesia dewasa ini disebut-sebut sedang dalam masa krisis kepemimpinan. Artinya, sangat sedikit diantara sekitar 250 juta penduduk Indonesia yang memiliki jiwa kepemimpinan sejati. Salah satu indikator paling jelas dapat dilihat dari data yang dipaparkan oleh mendagri Gamawan Fauzi, dia menyebutkan bahwa 290 kepala daerah di Indonesia tersangkut masalah hukum, dimana 82,6 persen diantaranya karena masalah korupsi (sumber: sriwijaya post).
Lebih parahnya lagi, kondisi saat ini justru tidak hanya memperlihatkan lemahnya mentalitas para pemimpin bangsa di berbagai tingkatan jabatan, tetapi rakyat yang susah diatur juga semakin menambah pelik masalah organisasi negara ini. Salah satu indikatornya ialah banyak sekali rakyat yang menuntut ini dan itu kepada pemimpinnya dalam hal ini pemerintah, sedangkan rakyat itu sendiri tidak melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya bisa ia lakukan. Singkatnya, saat ini banyak rakyat yang lebih menuntut hak sedangkan kewajibannya tidak dilaksanakan dengan baik. Contohnya, rakyat di wilayah rawan banjir seringkali menuntut pemerintah agar bisa memperbaiki keadaan. Namun di sisi lain mereka sendiri justru malah membuang sampah sembarangan ke sungai atau gorong-gorong jalan sehingga bencana banjir tidak pernah bisa diatasi.
Jika terus seperti ini, berbagai permasalahan yang mendera negara ini tidak akan pernah bisa diatasi setuntas-tuntasnya, bagaimanapun hebatnya pemerintah membuat kebijakan. Untuk itulah, saat ini di Indonesia bukan sekedar membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki gagasan hebat dalam menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa, tetapi sebelum itu diperlukan terlebih dahulu seorang pemimpin yang mampu menggerakan masyarakat (mobilisator) untuk bersama bergerak melakukan sesuatu hal dari yang terkecil sampai terbesar untuk mengatasi berbagai permasalahan bangsa. Sehingga bangsa sejahtera yang dicita-citakan bisa tercapai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,  penyusun  mengajukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pentingnya kemampuan menggerakan bagi seorang pemimpin?
2.      Apa ciri-ciri pemimpin yang mampu menggerakan?
3.      Bagaimana cara mencetak atau melatih pemimpin yang mampu menggerakan?


C. Tujuan Penulisan
Tujuan  penulisan makalah ini yaitu untuk mengkaji dan mengetahui tentang:
1.      Pentingnya memiliki kemampuan menggerakan bagi seorang pemimpin
2.      Ciri-ciri pemimpin yang mampu menggerakan
3.      Cara mencetak atau melatih pemimpin yang mampu menggerakan

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah:
1.      Memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan.
2.      Menjadi acuan atau pedoman bagi para calon pemimpin atau pemimpin yang sudah ada



BAB II
ISI

A. Pentingnya memiliki kemampuan menggerakan bagi seorang pemimpin
Knowing is not enough, we must apply
Willing is not enough, we must do.”
(Bruce Lee)
            Sebuah pesan dari aktor laga Bruce Lee mengenai pentingnya sebuah pengamalan dan aksi atau tindakan. Seorang pemimpin tidak hanya cukup mengetahui sebuah solusi dari suatu permasalahan, tetapi gagasan solusi tersebut tentunya haruslah diaplikasikan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Kemudian pemimpin pun tidak hanya cukup punya kemauan atau rencana, tetapi kemauan atau rencana itu pun harus dilakukan. Sebagus apa pun rencana dan sehebat apa pun keinginan tidaklah berguna jika sama sekali tidak dilakukan.
Berikut ini merupakan urgensi dari pemimpin yang mampu memobilisasi:
1. Pekerjaan cepat diselesaikan dengan hasil memuaskan
            Sejatinya banyaknya kuantitas dari anggota tim tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas hasil pekerjaan yang memuaskan. Ini dikarenakan banyaknya kuantitas anggota justru bisa menjadi kontraproduktif manakala hanya sebagian atau hanya beberapa anggota tim saja yang bekerja. Karena inti dari sukses atau tidaknya suatu pekerjaan dari organisasi adalah kerjasama.
Kerjasama menurut Roucek dan Warren berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama dan merupakan suatu proses yang paling dasar. Kerjasama merupakan sutau bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktifitas tertentu yang duitujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktifitas masing-masing. Ada beberapa prinsip-prinsip umum yang perlu diketahui berkaitan tentang kerjasama sebagaimana yang dijelaskan oleh Edralin dan Whitaker dalam Keban (2007:35) prinsip umum tersebut terdapat dalam prinsip good governance antara lain :
1.Transparansi
2.Akuntabilitas
3.Partisipatif
4.Efisiensi
5.Efektivitas
6.Konsensus
7.Saling menguntungkan dan memajukan

2. Efisiensi dan efektivitas
            Secara umum efisiensi didefinisikan dan diukur dari perbandingan input dan output atau rasio di mana input  diubah menjadi output (Carter dkk. 1992:37; Mulreany 1991:8; Boyle 1989:19; Gleason dan Barnum 1982:380). Dalam kajian-kajian ilmu ekonomi, memaksimalkan output dan mempertahankan input (output efficiency) lebih dikenal sebagai produktivitas (Pass dkk. 1993:436-7). Syarat paling penting untuk mencapai produktivitas organisasi adalah dengan memfungsikan semua roda organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing. Dengan begitu setiap elemen organisasi hanya tinggal berkonsentrasi kepada tugasnya masing-masing dan berkoordinasi dengan elemen organisasi yang lain.
 Sementara itu menurut Cameron (1981a:45) ada empat pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan dan mengukur efektivitas organisasi, yaitu:
Pertama dan yang umum digunakan adalah dengan mengukur sejauh mana sebuah organisasi mencapai tujuan atau target yang sudah ditetapkan yang disebut dengan Goal Model (Mulreany 1991:19; Boyle 1989:19-20; Downs dan Larkey 1986:7; Gleason dan Barnum 1982:380). Goal model atau lebih kita kenal dengan visi lebih mudah untuk dicapai jika roda organisasi bergerak secara dinamis namun tetap tersistematis.
Pendekatan kedua mengukur efektivitas organisasi, menurut Cameron (1981b:4), disebut System-Resource Model yaitu suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila organisasi tersebut mampu memperoleh semua sumber daya yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan organisasi tersebut.
Pendekatan ketiga disebut Internal Process Model yang menekankan pada proses dan mekanisme kerja dalam organisasi. Dalam pendekatan ini sebuah organisasi dikatakan efektif manakala koordinasi diantara semua elemen organisasi berlangsung damai. Ini berarti, seorang pemimpin selain harus menggerakan juga harus selalu menselaraskan gerakan dari semua elemen organisasi yang terlibat.
Pendekatan keempat adalah Stategic-Constituencies Model. Pendekatan ini melihat efektivitas suatu organisasi dari sejauh mana tingkat kepuasan semua stakeholder terhadap kinerja organisasi.
B. Ciri-ciri pemimpin yang mampu menjadi mobilisator
            Setidaknya ada   ciri dari seorang pemimpin yang piawai untuk memobilisasi anggota timnya untuk bekerja dengan baik dalam organisasi, yaitu:
1. Terampil Berkomunikasi
            Nabi Muhammad Saw dikenal sebagai orator yang cemerlang, beliau pernah berkata, “Diantara kalian aku lah yang paling fasih. Kelahiran ku di tengah suku Quraisy, dan lidah ku lidah Bani Sa’ad (bagian dari suku Hawazin).” Di kalangan bangsa Arab, terdapat dua suku yang dianggap mahir dalam berorasi: Suku Quraisy dan Hawazin (Hidayatullah, 2008). Tidak heran jika dalam berkomunikasi baik itu dari orang per orang maupun secara langsung ke seluruh masyarakat, Nabi Muhammad selalu mampu membuat lawan bicaranya terpukau dan tersentuh. Jika sudah begitu, tentu perintah Nabi Muhammad untuk berbuat kebaikan kepada seluruh manusia akan dengan mudah dipatuhi.
2. Memberikan teladan
            Hiro Tugiman (1999: 46) memaparkan salah satu trilogi kepemimpinan ajaran Ki Hahar Dewantara yaitu Ing ngarso sung tulodho, artinya sebagai seorang pemimpin harus dapat memberikan teladan baik kepada anak buahnya, yaitu dengan cara disiplin, jujur tidak korupsi, penuh toleransi, dan selalu bertindak adil.
3. Memberikan Motivasi
            Masih menurut Hiro Tugiman (1999: 46) tentang trilogi kepemimpinan ajaran Ki Hajar Dewantara yang selanjutnya berbunyi Ing Madyo Mangun Karso, yang artinya dalam melaksanakan tugas bersama-sama anak buahnya harus mampu memberikan motivasi agar anak buahnya dengan senang hati melaksanakan tugas bersama-sama dengan baik.
4. Melakukan penempatan posisi yang tepat
            Right man on the right place, istilah tersebut sudah familiar kita dengar. Hal ini juga dikemukakan oleh Hiro Tugiman (1999: 46) yang menjadi poin ketiga dari trilogi kepemimpinan ajaran Ki Hajar Dewantara yang berbunyi Tut Wuri Handayani, artinya seorang pemimpin memberi pelimpahan wewenang kepada anak buahnya sesuai dengan kemampuannya.
C. Cara melatih kemampuan pemimpin yang mampu memobilisasi
1. Menonton dan membaca kisah teladan pemimpin-pemimpin hebat
            Menonton dan membaca kisah teladan pemimpin-pemimpin hebat sangat penting untuk melatih intuisi kepemimpinan seseorang. Biasanya akan ada efek motivasi yang timbul setelah membaca sebuah kisah teladan dari seorang pemimpin hebat.
2. Berani berbicara dalam berbagai kesempatan
            Bisa karena biasa. Itulah pepatah yang sering kita dengar untuk memotivasi kita untuk melakukan sesuatu yang belum bisa kita lakukan. Begitupun dalam hal keterampilan berbicara, tidak semua orang memiliki keterampilan berbicara yang baik. Tetapi bukan berarti hanya orang tertentu saja yang bisa memiliki keterampilan berkomunikasi dengan baik, karena pada hakikatnya semua orang pasti bisa. Yang membedakan adalah proses untuk bisa itu yang berbeda-beda. Dan bagi orang yang sebelumnya belum memiliki keterampila berkomunikasi cukup baik harus terus bersabar untuk terus mencoba dan membiasakan diri di berbagai kesempatan berbicara di depan khalayak umum.
3. Jadilah pendengar yang baik
Perlu juga dicatat bahwa keterampilan berkomunikasi bukan sepenuhnya berbicara, tetapi juga mendengarkan. Bahkan seorang pemimpin hebat justru pemimpin yang lebih banyak menggunakan telinganya. Bukan mulutnya. Pemimpin yang hebat justru bekerja keras untuk memfasilitasi terjadinya komunikasi dua arah, two way communication (Sulaiman, 2005: 51). Untuk itulah untuk menjadi seorang pemimpin dengan kemampuan komunikasi yang baik, harus terus dilatih juga kemampuannya dalam mendengar dan menyimak, terutama berkaitan dengan kritikan dan masukan yang diberikan kepada kita.
4. Belajar mengenali dan memahami kepribadian orang lain
            Keterampilan ini tidak kalah penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena hal ini penting dalam hal pembangunan hubungan antara pemimpin dan dengan yang dipimpin juga untuk penempatan posisi yang tepat bagi seseorang anggota tim.
5. Menjadi teladan bagi teman sebaya
            Menjadi teladan tentu berbeda dengan pamer akan sesuatu kebaikan yang kita lakukan. Memberikan teladan bertujuan untuk mengajak orang lain untuk mengikuti perbuatan kebaikan yang sama. Dan itu lah salah satu modal penting bagi seorang pemimpin.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
            Adalah berbahaya ketika organisasi tidak terkoordinir dengan baik. Negara Indonesia merupakan salah satu contoh makro nya. Saat ini banyak dari kita selaku masyarakat yang lebih banyak menuntut hak dan abai terhadap kewajiban. Seolah, segala permasalahan yang menimpa negara ini adalah kesalahan pemerintah, dan mereka pula lah yang harus membereskannya. Sementara masyarakat, yang sebetulnya punya peran paling besar dalam perbaikan kondisi bangsa justru banyak yang berpangku tangan dan ingin terima jadi. Dalam kondisi itu lah negara ini memerlukan pemimpin sejati yang mampu menggerakan masyarakat untuk ikut bergerak memberi sumbangsih pikiran atau pun tenaga dalam pembangunan bangsa.
Pemimpin sejati tidak sekedar memiliki ide, gagasan, konsep, dan rencana hebat. Tetapi seorang pemimpin sejati harus juga bisa merealisasikan ide, gagasan, konsep, dan rencana hebatnya melalui sebuah action yang hebat. Action yang hebat tidak lah bisa akan terwujud jika pemimpin tidak mampu mengkoordinasikan timnya dengan baik. Karena inti dari sebuah organisasi kepemimpinan adalah kerjasama. Maka dari itu lah kerjasama tim yang melibatkan seluruh anggota tim mutlak diperlukan, sehingga seluruh kemampuan mereka bisa dioptimalkan dengan baik untuk membantu organisasi mencapai tujuan yang sudah dirancang bersama.
B. Saran
            Krisis kepemimpinan yang terjadi saat ini tentu bukan lah sebuah perkara sepele. Semua elemen bangsa harus menyadari hal ini dan harus ikut berpikir mencari solusinya. Saran penulis saat ini kepada para tokoh politik sebagai orang-orang yang berkiprah dalam mencari atau mempertahankan kekuasaan, mereka semua harus kembali mengkaji dan menghayati hakikat dari kepemimpinan. Pun kepada masyarakat. Kita semua harus lah menyadari, jumlah kita lebih banyak dari pemerintah. Sederhananya, kunci perbaikan kondisi negara ini ada di tangan kita. Pemerintah hanya tinggal mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung dan memberikan arahan apa yang sebaiknya dilakukan oleh masyarakat. Yang paling penting untuk diingat, sudah cukup masa dimana kita hanya menuntut perbaikan, tanpa kita ikut serta melakukan perbaikan tersebut. Karena Tuhan hanya memberi manusia mulut untuk bicara hanya satu. Sedangkan tangan dan kaki untuk bergerak dan bekerja masing-masing dua. Artinya, talk less do more, sedikit bicara banyak bekerja.
             




           


           

           
           
           

DAFTAR PUSTAKA


Anonim. Teori-teori yang sering dipakai. [Online]. Tersedia: http://mediaskripsi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-yang-sering-dipakai.html. [Februari 2010].

Anonim. Kinerja Organisasi . [Online]. Tersedia: http://www.manajemenn.web.id/2011/10/kinerja-organisasi.html. [Oktober 2010].

Hidayatullah, Muharram. Nabi Muhammad menurut Numerologi dan Astrologi Cinta. (2008). Jakarta: Ufukpress.
Sriwijaya Post. Mendagri: Sudah 290 Kepala Daerah Tersangkut Masalah Huku. [Online]. Tersedia: http://palembang.tribunnews.com/2013/02/06/mendagri-sudah-290-kepala-daerah-tersangkut-masalah-hukum. [6 Februari 2013].
Sugihartati, Rahma. Pemimpin Visioner dan Kaderisasi Kepemimpinan. [Online]. Tersedia: http://url.stisitelkom.ac.id/58625.  
Sulaiman, Tasirun. Pemimpin yang Gemblung. (2005). Jakarta: Erlangga
Thariq Muhammad As-Suwaidan dan Faishal Umar Basyarahil. Melahirkan Pemimpin Masa Depan. (2005). Jakarta: Gema Insani.
Tugiman, Hiro. Budaya Jawa dan Mundurnya Presiden Soeharto. (1999). Yogyakarta: Kanisisus.