Oleh:
Mohamad Rian Ari Sandi
sumber gambar: http://www.santabanta.com/wallpapers/teachers-day/
68 tahun yang lalu saat dua kota di
negaranya dibom atom, Kaisar Hirohito Jepang panik. Namun pertanyaan pertama
yang ia lontarkan dalam kepanikannya itu bukan lah bagaimana kondisi rumah
sakit beserta para tenaga medisnya, atau juga berapa jumlah pasukan tentaranya
yang masih hidup tetapi pertanyaan yang ia lontarkan adalah berapa jumlah guru
yang masih hidup? Mungkin saat itu bukannya ia tidak menganggap penting
keberadaan tenaga medis beserta fasilitas-fasilitas penunjangnya, bagaimanapun
itu sangatlah penting untuk penanganan korban yang berjatuhan akibat aksi
pengeboman tersebut. Pun dengan
keberadaan tentara ia juga sadar akan pentingnya kekuatan prajuritnya di tengah
situasi tak menentu seperti itu, tetapi pada waktu itu kekhawatiran yang paling
besar ia rasakan adalah bagaimana nasib Jepang di waktu-waktu selanjutnya.
Mungkin itulah kenapa ia menanyakan langsung berapa jumlah guru yang tersisa. Menurut
penulis kaisar Hirohito saat itu sadar betul, bahwa gambaran bangsa Jepang di
masa depan pasca tragedi tersebut amat ditentukan oleh rakyat Jepang yang
setelah pengeboman terjadi masih dalam masa kanak-kanak. Dan kualitas diri
anak-anak tersebut amat sangat ditentukan oleh para guru yang mendidiknya.
Pada
akhirnya sekarang kita tahu seperti apa bangsa Jepang. Mereka dapat bangkit
dengan cepat dari keterpurukan dan menjadi salah satu negara maju di asia dan
juga dunia. Berbagai macam kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini seperti
peralatan elektronik dan juga alat transportasi hampir didominasi oleh karya
anak-anak Jepang. Boleh jadi kreator alat-alat elektronik dan alat-alat
transportasi buatan Jepang yang saat ini dinikmati oleh masyarakat dunia adalah
anak-anak Jepang yang selamat dari tragedi bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada
tahun 1945.
Cerita
tersebut mungkin sudah familiar di telinga kita, tetapi dalam moment peringatan
Hari Guru Nasional yang jatuh pada tanggal 25 Nopember 2013 ini tidak ada
salahnya kita kembali menggali hikmah dari sejarah keberhasilan bangsa Jepang
keluar dari keterpurukan karena peran luar biasa para guru yang mendidik
anak-anak mereka. Jepang sudah memberikan bukti kepada kita bahwa peran guru
amat menentukan nasib bangsa di masa depan.
Penulis
ingin mengajak bangsa Indonesia di momen peringatan hari guru ini untuk berguru
kepada Jepang. Kesuksesan yang saat ini diraih oleh Jepang tentu tidak diraih
dengan cara instan. Melalui proses yang panjang dan dengan karakter bangsa yang
kuat lah kesuksesan bisa mereka raih. Tanpa mengesampingkan profesi lainnya,
tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa peran guru pastilah sangat dominan membawa
Jepang merangkak perlahan dari keterpurukan hingga bisa berdiri tegak dengan
sederet kesuksesan.
Menyiapkan
Kader Bangsa
Rektor
Universitas Paramadina yang juga penggagas Gerakan Indonesia Mengajar Anies
Baswedan dalam berbagai kesempatan mengatakan bahwa kekayaan terbesar bangsa
kita adalah manusianya. Ketika manusia Indonesia tercerdaskan dengan baik maka
segala macam potensi alam yang dimiliki negeri ini bisa dikonversi untuk
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Berkaca
dari pernyaan itu kita mestinya menyadari bahwa guru mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa Indonesia. Di pundak para
gurulah bangsa ini menitipkan beban agar bisa mendidik kader-kader bangsa
menjadi manusia Indonesia dengan daya saing global di masa depan. Tentu akan
menjadi sebuah kebanggaan bagi para guru jika berhasil mewujudkan misi mulia
tersebut.
Untuk itulah, sudah sepatutnya dan
seharusnya seluruh guru dan calon guru yang tersebar di seluruh Indonesia
menjadikan momen peringatan hari guru ini sebagai momen untuk introspeksi diri,
agar terus dan terus meningkatkan kualitas diri sebagai pendidik yang baik bagi
calon-calon kader bangsa di masa depan. Jaya selalu guru Indonesia!
Tulisan ini juga diposting di: http://edukasi.kompasiana.com/2013/11/28/berguru-dari-jepang-614846.html