Sabtu, 05 Juli 2014

Kenapa Menjadi Pendidik?



gambar: Adegan film Laskar Pelangi

Hampir tiga tahun sudah saya menempuh kuliah di kampus pendidikan Universitas Pendidikan Indonseia dengan mengambil fokus di Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Apa yang saya saat ini sedang tempuh sesuai dengan cita-cita yang ingin diraih yaitu menjadi seorang Guru atau pendidik bagi anak-anak bangsa Indonesia.
Cita-cita menjadi seorang pendidik sebetulnya bukanlah cita-cita pertama saya. Sudah beberapa kali saya melakukan revisi cita-cita. Dari mulai cita-cita menjadi atlet, wartawan, arsitek, pengacara, birokrat, sampai akhirnya memantapkan hati menetapkan profesi pendidik sebagai cita-cita yang ingin dicapai. ada suatu moment yang sangat penting saat saya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas yaitu saat saya sebagai seorang remaja gundah melihat realitas masalah kebangsaan yang dari waktu ke waktu semakin kompleks. Menjadi sebuah keanehan ketika bangsa yang mempunyai potensi sedemikian besar terasa sulit sekali maju atau bahkan terasa berjalan mundur. Di sinilah kemudian kesadaran diri saya sebagai salah seorang generasi penerus bangsa merasa harus berbuat sesuatu untuk memberi kontribusi memperbaiki kondisi bangsa Indonesia.  
Moment itulah yang kemudian menjadi titik tolak kenapa saya akhirnya ingin menjadi pendidik. Karena saya merasa pendidikan adalah titik kunci dari kompleksitas permasalahan bangsa. Jika kualitas pendidikan Indonesia baik, maka secara otomatis akan lahir generasi penerus bangsa yang memiliki karakter pejuang kepentingan agama, nusa, dan bangsa. Kompleksitas permasalahan bangsa akan bisa diselesaikan jika kita mampu “mencetak” anak-anak bangsa yang memiliki akhlak mulia seperti jujur, cerdas, bertanggungjawab, tangguh dan memiliki jiwa patriotisme tinggi. Anak-anak itu di kemudian hari akan terdistribusi dengan sendirinya di berbagai lini kehidupan seperti bidang politik, ekonomi, hukum, keamanan, sosial, seni budaya, dan di bidang pendidikan itu sendiri.  Dengan bekal tempaan yang baik saat anak-anak itu memperoleh pendidikan maka mereka dapat menjadi agent of change untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di setiap bidang tersebut sehingga berdampak pada kemajuan bangsa Indonesia.
Di kemudian hari saat awal-awal menjadi mahasiswa tekad saya semakin bulat ketika menghadiri acara kuliah umum dengan penceramah Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan. Anies Baswedan membuka mindset saya tentang apa yang disebut kekayaan terbesar bangsa Indonesia. Sebelumnya dari SD sampai SMA saya dicekoki doktrin kuat bahwa Indonesia adalah negara dengan kekayaan sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak, emas, batu bara, tembaga dan lain sebagainya. Tetapi Anies Baswedan menyampaikan sesuatu yang –bagi saya—betul-betul baru dan memang mencerahkan. Beliau berkata bahwa kekayaan terbesar bangsa Indonesia ialah terletak pada sumber daya manusianya. Jika sumber daya manusia Indonesia yang sedemikian banyak tersebut memiliki kualitas mumpuni maka negara ini akan mampu bangkit menjadi negara yang lebih maju.
Bagi saya apa yang disampaikan Anies Baswedan menjadi semacam reinforcement tentang kegundahan saya akan permasalahan bangsa. Di suatu sisi sumber daya manusia Indonesia adalah kekayaan, tetapi di sisi lain kekayaan itu menjadi sebuah masalah tersendiri bilamana belum bisa diberdayakan secara optimal. Dan itulah realita yang memang terjadi. saat ini sumber daya manusia Indonesia baru kaya secara kuantitas, tetapi belum kaya secara kualitas. Namun saya optimis, manusia Indonesia memiliki potensi besar untuk terus mengembangkan kompetensinya agar mampu bersaing di era globalisasi saat ini. Buktinya adalah hampir setiap tahun delegasi-delegasi Indonesia mampu meraih hasil cemerlang dalam ajang olimpiade sains tingkat internasional dengan menyisihkan delegasi-delegasi dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan China. Artinya, manusia Indonesia memang punya potensi besar untuk bersaing di kancah global jika kualitasnya ditempa dengna baik dari sejak dini.
Karena berbagai hal itulah saya memantapkan niat untuk menjadi seorang pendidik. Saya ingin ikut ambil peran dalam memperbaiki realita bangsa Indonesia dan dunia dengan menjadi pendidik yang baik, yaitu pendidik yang memiliki kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial disertai ketulusan untuk mengabdikan diri.
 Ikhtiar untuk menjadi pendidik yang baik itu sedang saya jalani hari ini. Saya terus menimba ilmu dan menempa diri dengan berbagai dinamika pengalaman kehidupan. Walaupun tidak dapat dipungkiri tantangan kehidupan hari ini sangatlah berat. Di era dimana corak kehidupan semakin materialistis dan pragmatis ini saya berupaya sekuat tenaga untuk mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik yang baik. Sehingga tujuan hidup mencari ridho Allah Swt dengan salah satu caranya menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya bisa tercapai. Aamiinn