gambar: Adegan film Laskar Pelangi
Hampir
tiga tahun sudah saya menempuh kuliah di kampus pendidikan Universitas
Pendidikan Indonseia dengan mengambil fokus di Jurusan Pendidikan
Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Apa yang saya saat
ini sedang tempuh sesuai dengan cita-cita yang ingin diraih yaitu menjadi
seorang Guru atau pendidik bagi anak-anak bangsa Indonesia.
Cita-cita
menjadi seorang pendidik sebetulnya bukanlah cita-cita pertama saya. Sudah
beberapa kali saya melakukan revisi cita-cita. Dari mulai cita-cita menjadi
atlet, wartawan, arsitek, pengacara, birokrat, sampai akhirnya memantapkan hati
menetapkan profesi pendidik sebagai cita-cita yang ingin dicapai. ada suatu
moment yang sangat penting saat saya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas
yaitu saat saya sebagai seorang remaja gundah melihat realitas masalah
kebangsaan yang dari waktu ke waktu semakin kompleks. Menjadi sebuah keanehan
ketika bangsa yang mempunyai potensi sedemikian besar terasa sulit sekali maju
atau bahkan terasa berjalan mundur. Di sinilah kemudian kesadaran diri saya
sebagai salah seorang generasi penerus bangsa merasa harus berbuat sesuatu
untuk memberi kontribusi memperbaiki kondisi bangsa Indonesia.
Moment
itulah yang kemudian menjadi titik tolak kenapa saya akhirnya ingin menjadi
pendidik. Karena saya merasa pendidikan adalah titik kunci dari kompleksitas
permasalahan bangsa. Jika kualitas pendidikan Indonesia baik, maka secara
otomatis akan lahir generasi penerus bangsa yang memiliki karakter pejuang
kepentingan agama, nusa, dan bangsa. Kompleksitas permasalahan bangsa akan bisa
diselesaikan jika kita mampu “mencetak” anak-anak bangsa yang memiliki akhlak
mulia seperti jujur, cerdas, bertanggungjawab, tangguh dan memiliki jiwa
patriotisme tinggi. Anak-anak itu di kemudian hari akan terdistribusi dengan
sendirinya di berbagai lini kehidupan seperti bidang politik, ekonomi, hukum,
keamanan, sosial, seni budaya, dan di bidang pendidikan itu sendiri. Dengan bekal tempaan yang baik saat anak-anak
itu memperoleh pendidikan maka mereka dapat menjadi agent of change untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada di setiap bidang tersebut sehingga
berdampak pada kemajuan bangsa Indonesia.
Di
kemudian hari saat awal-awal menjadi mahasiswa tekad saya semakin bulat ketika
menghadiri acara kuliah umum dengan penceramah Rektor Universitas Paramadina
Anies Baswedan. Anies Baswedan membuka mindset
saya tentang apa yang disebut kekayaan terbesar bangsa Indonesia. Sebelumnya
dari SD sampai SMA saya dicekoki doktrin kuat bahwa Indonesia adalah negara
dengan kekayaan sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak, emas, batu
bara, tembaga dan lain sebagainya. Tetapi Anies Baswedan menyampaikan sesuatu
yang –bagi saya—betul-betul baru dan memang mencerahkan. Beliau berkata bahwa
kekayaan terbesar bangsa Indonesia ialah terletak pada sumber daya manusianya.
Jika sumber daya manusia Indonesia yang sedemikian banyak tersebut memiliki
kualitas mumpuni maka negara ini akan mampu bangkit menjadi negara yang lebih
maju.
Bagi
saya apa yang disampaikan Anies Baswedan menjadi semacam reinforcement tentang kegundahan saya akan permasalahan bangsa. Di
suatu sisi sumber daya manusia Indonesia adalah kekayaan, tetapi di sisi lain
kekayaan itu menjadi sebuah masalah tersendiri bilamana belum bisa diberdayakan
secara optimal. Dan itulah realita yang memang terjadi. saat ini sumber daya
manusia Indonesia baru kaya secara kuantitas, tetapi belum kaya secara
kualitas. Namun saya optimis, manusia Indonesia memiliki potensi besar untuk
terus mengembangkan kompetensinya agar mampu bersaing di era globalisasi saat
ini. Buktinya adalah hampir setiap tahun delegasi-delegasi Indonesia mampu
meraih hasil cemerlang dalam ajang olimpiade sains tingkat internasional dengan
menyisihkan delegasi-delegasi dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat,
Inggris, Jepang, dan China. Artinya, manusia Indonesia memang punya potensi
besar untuk bersaing di kancah global jika kualitasnya ditempa dengna baik dari
sejak dini.
Karena
berbagai hal itulah saya memantapkan niat untuk menjadi seorang pendidik. Saya
ingin ikut ambil peran dalam memperbaiki realita bangsa Indonesia dan dunia
dengan menjadi pendidik yang baik, yaitu pendidik yang memiliki kompetensi
profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial disertai ketulusan untuk
mengabdikan diri.
Ikhtiar untuk menjadi pendidik yang baik itu
sedang saya jalani hari ini. Saya terus menimba ilmu dan menempa diri dengan
berbagai dinamika pengalaman kehidupan. Walaupun tidak dapat dipungkiri
tantangan kehidupan hari ini sangatlah berat. Di era dimana corak kehidupan
semakin materialistis dan pragmatis ini saya berupaya sekuat tenaga untuk
mempersiapkan diri menjadi seorang pendidik yang baik. Sehingga tujuan hidup
mencari ridho Allah Swt dengan salah satu caranya menjadi manusia yang
bermanfaat bagi manusia lainnya bisa tercapai. Aamiinn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar