Sumber gambar : http://twitter.yfrog.com/oba4jttj
Akhir-akhir ini saya sedang gelisah,
karena ada sesuatu yang sangat meresahkan. Dan harusnya hal itu tidak terjadi,
kawan.
Kegelisahan saya ini sebetulnya
terakumulasi sekitar satu minggu yang lalu, ketika saya berkunjung ke Koperasi
Mahasiswa Bumi Siliwangi-UPI. Ada sebuah spanduk yang membuat saya
mengernyutkan dahi, spanduk itu bertuliskan “Menantu Idaman adalah Anggota
KOPMA”. Saya berteriak di dalam hati disertai gelengan kepala “Apa-apaan ini?”.
Tulisan tersebut seakan mengakumulasi
kegelisahan saya karena sebelum-sebelumnya juga banyak bertebaran tulisan
sejenis, tentunya dengan objek yang berbeda. “Menantu idaman adalah bidan”,
“menantu idaman adalah guru”, “menantu idaman adalah anggota rohis”, “menantu
idaman adalah sopir angkot”, adalah beberapa dari tulisan tentang klaim menantu
idaman yang ada dan mungkin ada. Sungguh sangat mengkahawatirkan.
Saling klaim dengan nuansa gejala
narsisme tersebut sudah seperti para politisi di pemilu atau pemilukada yang juga
sering saling meng-klaim “rakyat menginginkan saya untuk maju menjadi.......”.
Padahal pada realitanya kita tidak tahu rakyat mana yang dia maksud. Pun dengan
klaim menantu idaman. Saya rasa organisasi percamer (persatuan calon mertua)
tidak ada yang pernah mengeluarkan statement
yang berisi dukungan kepada salah satu organisasi dari percamen (persatuan
calon menantu), baik itu pejabat, bidan, alumni rohis, anggota koperasi, atau
pun seorang tentara. Artinya, boleh dikatakan tulisan-tulisan klaim tersebut
hanyalah sebuah gertakan, agar orang-orang yang tidak mempunyai afiliasi kepada
salah satu organisasi percamen berkecil hati.
Pemerintah terutama menteri agama
harusnya segera turun tangan untuk mengatasi permasalahan ini. Jikat tidak, psy war diantara organisasi-organisasi
percamen bukan tidak mungkin akan semakin meruncing. Dan justru dikhawatirkan
para calon menantu mengalami disorientasi dalam merancang masa depan.
Ditakutkan, yang jadi fokus mereka hanyalah menjadi menantu idaman calon
mertua, tidak peduli siapa yang akan menjadi pasangannya. Padahal akan menjadi
absurd jika para calon menantu sibuk menata diri hanya karena ingin menjadi
idaman seorang Ibu yang bercita-cita memiliki menantu tentara—misalnya--,
padahal kenyataannya Ibu tersebut sama sekali tidak mempunyai anak.
Untuk itulah, saya mengajak kepada para
calon menantu dimanapun anda berada, baik itu di percamen korwil daerah atau
pun pusat, agar kembali ke khittah
kita sebagai para calon menantu yang baik. Tidak perlu lah membuat spanduk
berisi saling klaim bahwa hanya dia dan kelompoknya lah menantu paling idaman.
Karena hal itu sama sekali tidak tercantum dalam AD/ART atau pun peraturan
penerimaan menantu baru di organisasi Percamer, UUD 1945, apalagi di Alquran
dan Sunnah. Buat apa seorang mertua
punya menantu anggota koperasi –misalnya--, kalau ternyata anaknya malah
dijadikan seperti barang simpan pinjam? Atau buat apa juga seorang mertua punya
menantu seorang sopir angkot –misalnya--, kalau ternyata anaknya malah
dijadikan kondektur yang setia menemani suaminya kemana pun ia menarik
penumpang? Itu kah menantu idaman? Tentu
tidak seperti itu.
Kesimpulannya, menantu idaman tidak lah
dilihat dari organisasi percamen mana kamu berasal (walaupun itu dijadikan
bahan pertimbangan), tetapi menantu idaman sejatinya adalah dia yang bisa
memastikan anak camernya berbahagia dengan perlindungan, perhatian, dan kasih
sayang yang diberikan.
Tulisan
ini dibuat dalam keadaan antara sadar dan tidak.
-
Mohamad Rian Ari Sandi, yang berharap
termasuk kategori calon menantu idaman.
Dipublish juga di : http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2013/04/24/menantu-idaman-adalah--554031.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar