Seperti kata Imam Syafi’i bahwa dengan merantau maka kamu akan
mendapat teman baru, keluarga baru, dan pengalaman baru. Diam saja di kampung
halaman, tidak mau bergerak mencari kehidupan yang lebih baik yang lebih
menantang tentu tidak akan memberikan gairah baru dalam kehidupan. Ia hanya
akan mendapatkan sesuatu yang hanya itu-itu saja. Seperti diungkapkan oleh
seorang motivator kelas internasional *lupa namanya, tapi ini ada dan disadur dari
buku Zero to Hero* bahwa, kira-kira begini bunyinya: “Kalian tahu mengapa ikan
di laut tidak asin? Padahal air yang menjadi tempat hidupnya asin karena
mengandung garam. Itu karena ikan-ikan selalu berenang dan bergerak sehingga
lingkungan tak mempengaruhi keadaannya. Tapi bangkai ikan, seketika tubuhnya
akan menjadi asin, saat ia sudah tak bernyawa L. Jawabannya berarti adalah
gerak dan terus berkarya tanpa batas. Begitu kiranya bagi orang yang berani
melepas kehangatan bersama keluarga untuk menjemput sebuah impian besar. Bahkan
keluarga pun harus ‘dikorbankan’, teranyata.
Bagi mahasiswi seperti saya, yang pasti punya perasaan *ciyee*
berkumpul dengan keluarga pra dan pasca idul fitri adalah sebuah best moment yang enggan untuk diajak
berlalu. Bahkan kalau perlu waktu dihentikan saja demi terus dan selalu dengan
keluarga. Tapi itu bukan kenyataan yang akan selalu ada dan pasti semua itu
berlalu..
Kita seringkali mencari pembenaran dan excuse untuk selalu ada di antara kehangatan keluarga, selalu
berada di antara hal yang menyenangkan,
selalu berada di tengah-tengah kenyamanan. Namun percayalah itu bukan kondisi
yang baik dan ideal, kecuali bagi yang ingin hidupnya tidak sukses dan ingin
hidup tanpa beban. Ternyata meminta hidup tanpa beban bukanlah hal yang
dianjurkan. Karena hidup itu adalah dinamika yang penuh persaingan. Untuk
kehidupan mintalah bahu yang kuat untuk menanggung beban, bukan minta
diringankan beban. Kiranya itu lebih menguatkan kita.
Keluarga akan selalu memberikan kehangatan dan kenyamanan yang
tiada ada duanya. Bagi sebagian orang, berlepas jauh dari keluarga adalah hal
berat. Tapi berat tidaknya semua akan kembali pada pemaksaan diri, saat kita
berusaha untuk menguatkan diri kita untuk menjadi orang yang kuat maka besar
kemungkinan kita akan jadi orang kuat. Saat kita terus memanjakan diri dan
tidak mau meninggalkan semuanya, maka kita pun akan menjadi lemah. That is a
mind stream. Bayipun jika tak ‘dipaksa’ untuk keluar, maka ia sulit untuk
lahir.
Berlepas dari segala hal yang menyenangkan kelak akan membuahkan
hasil yang jauh lebih besar, jika bersungguh-sungguh. Seseorang yang saat ini
melakukan sesuatu yang tidak dilakukan orang lain, maka kelak di suatu saat
nanti akan mendapatkan sesuatu yang tidak akan didapatkan oleh orang lain.
Tapi, dengan meninggalkan keluarga tidak berarti juga kita
melupakan, jangan. Itu jangan sampai terjadi. Keluarga adalah sumber kekuatan,
diakui ataupun tidak. Keluarga adalah ruh dalam perjuangan. Jadi harus seperti
apa? Sekali tiga uang, selalu luangkan waktu untuk keluarga, bukan waktu sisa.
Dan fokuslah berkarya dengan keluarga sebagai inspirasinya. J (ikp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar