Selasa, 20 Agustus 2013

Bahkan Keluarga pun Harus Dikorbankan


Seperti kata Imam Syafi’i bahwa dengan merantau maka kamu akan mendapat teman baru, keluarga baru, dan pengalaman baru. Diam saja di kampung halaman, tidak mau bergerak mencari kehidupan yang lebih baik yang lebih menantang tentu tidak akan memberikan gairah baru dalam kehidupan. Ia hanya akan mendapatkan sesuatu yang hanya itu-itu saja. Seperti diungkapkan oleh seorang motivator kelas internasional *lupa namanya, tapi ini ada dan disadur dari buku Zero to Hero* bahwa, kira-kira begini bunyinya: “Kalian tahu mengapa ikan di laut tidak asin? Padahal air yang menjadi tempat hidupnya asin karena mengandung garam. Itu karena ikan-ikan selalu berenang dan bergerak sehingga lingkungan tak mempengaruhi keadaannya. Tapi bangkai ikan, seketika tubuhnya akan menjadi asin, saat ia sudah tak bernyawa L.  Jawabannya berarti adalah gerak dan terus berkarya tanpa batas. Begitu kiranya bagi orang yang berani melepas kehangatan bersama keluarga untuk menjemput sebuah impian besar. Bahkan keluarga pun harus ‘dikorbankan’, teranyata.
Bagi mahasiswi seperti saya, yang pasti punya perasaan *ciyee* berkumpul dengan keluarga pra dan pasca idul fitri adalah sebuah best moment yang enggan untuk diajak berlalu. Bahkan kalau perlu waktu dihentikan saja demi terus dan selalu dengan keluarga. Tapi itu bukan kenyataan yang akan selalu ada dan pasti semua itu berlalu..
Kita seringkali mencari pembenaran dan excuse untuk selalu ada di antara kehangatan keluarga, selalu berada di antara  hal yang menyenangkan, selalu berada di tengah-tengah kenyamanan. Namun percayalah itu bukan kondisi yang baik dan ideal, kecuali bagi yang ingin hidupnya tidak sukses dan ingin hidup tanpa beban. Ternyata meminta hidup tanpa beban bukanlah hal yang dianjurkan. Karena hidup itu adalah dinamika yang penuh persaingan. Untuk kehidupan mintalah bahu yang kuat untuk menanggung beban, bukan minta diringankan beban. Kiranya itu lebih menguatkan kita.
Keluarga akan selalu memberikan kehangatan dan kenyamanan yang tiada ada duanya. Bagi sebagian orang, berlepas jauh dari keluarga adalah hal berat. Tapi berat tidaknya semua akan kembali pada pemaksaan diri, saat kita berusaha untuk menguatkan diri kita untuk menjadi orang yang kuat maka besar kemungkinan kita akan jadi orang kuat. Saat kita terus memanjakan diri dan tidak mau meninggalkan semuanya, maka kita pun akan menjadi lemah. That is a mind stream. Bayipun jika tak ‘dipaksa’ untuk keluar, maka ia sulit untuk lahir.
Berlepas dari segala hal yang menyenangkan kelak akan membuahkan hasil yang jauh lebih besar, jika bersungguh-sungguh. Seseorang yang saat ini melakukan sesuatu yang tidak dilakukan orang lain, maka kelak di suatu saat nanti akan mendapatkan sesuatu yang tidak akan didapatkan oleh orang lain.
Tapi, dengan meninggalkan keluarga tidak berarti juga kita melupakan, jangan. Itu jangan sampai terjadi. Keluarga adalah sumber kekuatan, diakui ataupun tidak. Keluarga adalah ruh dalam perjuangan. Jadi harus seperti apa? Sekali tiga uang, selalu luangkan waktu untuk keluarga, bukan waktu sisa. Dan fokuslah berkarya dengan keluarga sebagai inspirasinya. J (ikp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar