“Tengoklah ke atas beberapa menit dan seolah-olah Dia
berkata:Barangkali yang membuat Tuhanmu ridho terhadapmu adalah bukanlah susah
payahnya dalam perjuangan tetapi barangkali kesabaranmu akan perjuangan. Api
para pemuda tidaklah padam karena terkikis waktu, dia semakin membara sampai
waktu menghentikannya.”
Pahlawan adalah orang yang
mewakafkan dirinya untuk kepentingan bangsa. Seorang pahlawan rela menukar masa
mudanya demi tercapainya sebuah kedigjayaan sebuah peradaban. Pahlawan tak
pernah meminta imbalan apapun atas apa yang telah dilakukannya. Nadinya adalah
semangat dan derap langkahnya adalah keyakinan, Itulah sosok pahlawan sejati.
Setiap orang bisa menjadi
pahlawan. Tak harus selalu dengan berjuang membawa senjata dan bertempur dalam
medan laga. Tak harus dengan memainkan pedang dan memegang pistol. Tak juga
harus dengan memasang ranjau agar musuh terperangkap. Itu semua tidak
diperlukan untuk kondisi saat ini. Saat ini yang jauh dikedepankan adalah
bagaiamana seorang pahlawan cerdas dalam bermain strategi halus, termasuk
strategi mengolah diri.
Tak ada salahnya sebelum kita
berbicara tentang kepahlawanan untuk diri sendiri kita tengok sebentar rekam
jejak pahlawan negeri ini, agar kita dapat memahami arti yang hakiki dari
sebuah kata Pahlawan. Pahlawan yang tak sekedar lihai bermain senjata dan adu
strategi, namun juga pahlawan dalam pembinaan karakter dan moral bangsa.
Beberapa hari yang lalu,
Proklamator Kemerdekaan Negara Republik Indonesia, Soekarno dan Hatta mendapatkan
gelar pahlawan nasional dari pemerintah. Gelar yang diresmikan pemberiannya
oleh Susilo Bambang Yodhoyono (SBY)ini bertujuan untuk menghargai jasa Soekarno
dan Hatta sebagai the founding father
karena telah berjasa luar biasa membawa Indonesia menjadi negara yang merdeka
serta sejajar dengan negara lain. Sehingga negara kita mendapat hak dan
kedudukan yang sama dengan negara lain yang merdeka sebagai sebuah bangsa dan
negara. Gelar pahlawan sudah sepantasnya diberikan kepada dua pionir bangsa ini,
karena mereka telah berjuang dengan segenap jiwa raga dan sepenuh hati untuk
mempersatukan bangsa yang majemuk menjadi bangsa yang satu, bangsa yang
heterogen menjadi bangsa yang ‘homogen’. Bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Sedikit merunut sejarah sekitar
empat dasawarsa lalu,tahun 1966, di mana
saat itu Indonesia dilanda krisis dalam tubuh pemerintahan. Terjadi banyak
pergolakan di berbagai lini kehidupan. Berbagai gerakan separatis muncul dan
pemberontakan terjadi di mana-mana. Pada tahun ini Gerakan 30 September Partai
Komunis Indonesia atau G30/SPKI juga menjadi faktor sumbangsih banyaknya
tragedi berdarah yang semakin memperburuk keadaan bangsa Indonesia. Tak sampai
di situ, dengan dihembuskannya berbagai mosi tidak percaya terhadap Ir.
Soekarno, presiden Indonesia saat itu,membuat situasi semakin kacau. Ada beberapa
pihak yang berkepentingan ingin merebut NKRI maka dikeluarkanlah Tap MPRS yang
isinya adalah menurunkan Soekarno dari kursi kepresidenan. MPR melakukan hal
ini karena menilai Soekarno memiliki kedekatan yang intens dengan PKI. Bahkan
ada statement bahwa Soekarno juga adalah bagian dari PKI. Isu ini kemudian
merebak dan membuat rakyat termakan oleh isu yang tak jelas sumber mulanya.
Berbagai pergolakanpun muncul meminta Soekarno turun dari jabatannya. Akhirnya
setelah terjadi kudeta terhadap Soekarno, Soekarnopun turun dari jabatannya
sebagai presiden, lantas naiklah Soeharto menjadi presiden Indonesia
menggantikan Soekarno.
Namun, Soekarno tetaplah
Soekarno. Pahlawan besar bagi bangsa Indonesia. Dengan atau tanpa gelar
pahlawan yang disandangkan padanya kini, Soekarno tetap mendapat hati di rakyat Indonesia.
Berangkat dari berbagai peristiwa
sejarah negeri ini, tentu banyak hal yang bisa kita jadikan panutan. Baik itu
semangat kepahlawanan, persatuan, rela berkorban, sampai rela menukar jiwa
untuk kemerdekaan suatu bangsa. Semangat generasi muda adalah semangat
pahlawan. Tak mudah menyerah walau keadaan parah. Tak sering mengeluh walau
keadaan kian mengeruh. Tak pernah mencaci keadaan walau kesengsaraan menanti.
Dan selalu optimis walau lingkungan sekitar pesimis. Itulah sosok pahlawan
seajti. Pahlawan yang bekerja di luar kebiasaan orang biasa.
Pahlawan sejati era sekarang
bukanlah mereka yang dengan arogan memamerkan kekuatan lewat tawuran. Bukan
mereka yang saling berperang pada saudaranya sendiri. Bukan mereka yang bebas
menebaskan celurit pada anak kandung. Bukan mereka yang dengan angkuhnya menodong
orang di tengah keramaian. Bukan itu. Bukan itu semua. Tengoklah kami di sini.
Kami para pelajar yang mengharumkan bangsa pun masih banyak. Lihatlah kami,
membentuk lingkaran-lingkaran cinta di masjid sekolah dan kampus. Tengoklah
kami yang membuat majlis ilmu dalam forum diskusi. Tengoklah kami yang berjuang
dalam berbagai olimpiade. Lihatlah Andi Oktavia yang akan segera mendapat gelar
dokter termuda di Indonesia dalam usianya yang baru menginjak 24 tahun, yang
karena prestasinya ia diperebutkan oleh berbagai negara agar mau menerima
tawaran menempuh pendidikan di Universitas ternama. Seperti inilah pahlawan
bangsa tempo kini. Harum semerbak membawa harum nama ibu pertiwi.
Seorang pahlawan sejati akan
menyedikitkan waktu tidurnya. Dia akan memikirkan kerja-kerja besar. Visi
hidupnya jelas dan terarah. Karena sejarah mencatat bahwa orang-orang besar
tidak lahir dari kehidupan yang mudah, tapi ia harus melewati berbagai tempaan
hidup yang sulit.
Semangat dan keinginan adalah
asset terpenting membentuk sosok pahlawan. Perlu komitmen tinggi agar loyalitas
terjaga dan tujuan tak pudar. Semangat hari pahlawan adalah semangat perbaikan.
Walau 10 November telah berlalu. Ia masih meninggalkan semangat yang membuncah
dalam setiap diri pemuda. Menorehkan asa, bahwa Indonesia masih memliki hari
esok yang cemerlang, kita percaya bahwa harapan selalu ada. Lilin akan tetap
dan terus menyala. Yakinlah Indonesia saat ini hanya akan tinggal kenangan
karena kita akan segera menuju Indonesia yang sejahtera. Harapan selalu ada. (Intan KP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar