Jumat, 23 November 2012

ISLAM DAN DEMOKRASI


(The series)
Diskursus antara Islam dan demokrasi dalam negara berpenduduk muslim adalah diskursus yang sangat panjang.  Setiap ulama dan pemikir berangkat dari sudut yang berbeda-beda dalam mengurai makna demokrasi, yang sebagian besarnya memahami demokrasi itu sendiri dibanding peletaknya yaitu Barat, khususnya Yunani.
Dari sini saja sudah menimbulkan perdebatan yang sangat panjang: bahwa tidak ada demokrasi dalam Islam; bahwa demokrasi itu sistem kafir; bahwa Islam itu murni dan tidak akan bercampur dengan sistem manapun buatan manusia.
Namun, mari kita singkirkan perdebatan etimologis dan masuk ke dalam realita ketika saat ini demokrasi diterapkan. Walaupun tiap negara berpenduduk muslim yang sudah menganut demokrasi mempunyai gaya yang sangat berbeda dan beragam menafsirkan demokrasi, tetaplah ada satu benang merah di antara itu semua. Itulah inti demokrasi.
Inti dari demokrasi adalah ketikan masyarakat memilih pemimpinnya sendiri. Mereka tidak boleh dipaksa untuk dipimpin oleh orang yang mereka benci atau sistem yang tidak mereka ingini. Mereka berhak mengkritik pemerintah jika pemerintah salah. Dr. Abdul Aziz Izzat Al-Khayyat menyebutkan enam irisan antara demokrasi dan Islamm yaitu:
1.    Pemilihan pemimpin dengan pemilunoleh masyarakat.
2.    Menolak segala bentuk pemerintahan otoriter, tirani, rasis, dan terokrasi. Karena Islam bukanlah agama kependetaan dan tidak ada juga pendeta-pendeta agama, karena yang ada hanyalah ulama dan ahli fiqh.
3.    Membolehkan multi partai, dalam Islam keberagaman partai diakui, begitupun dalam sistem demokrasi. Semua itu diakui dalam undang-undang dan peraturan-peraturan.
4.    Mengakui kepemilikan pribadi sesuao syura. Islam menjaminnya untuk kebaikan umat Islam, begitupun demokrasi menjaminnya untuk kepentingan masyarakat.
5.    Memberikan kebebasan publik terutama kebebasan politik.
6.    Memilih wakil-wakil rakyat untuk merepresantisakn aspirasi mereka.
Dr. Yusuf Qardhawi mengatakan, “Dalam kenyataan, siapa pun yang merenunginya akan sampai pada kesimpulan bahwa esensi demokrasi ada dalam kemurnian Islam, bahkan Islam telah lebih dulu menerapkan konsep demkrasi dalam penetapan kaidah-kaidah dan esensi di atas, tapi meninggalkan rinciannya sebagai bahan ijtihad umat Islam sesuai dengan pokok-pokok agama, kemaslahatan umat di dunia, dan perkembangan kehidupan berdasarkan waktu dan tempat serta perubahan kondisi manusia.”
To be continued…
( Intan KP )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar