Rabu, 26 Desember 2012

Ayo Makmurkan Mesjid, De!


 
“......Hayu batur urang ka cai, urang solat berjamaah,
 solat wajib nu di waktu di waktu menang ganjaran,
ulah ngagugu kaembung, sabab setan nu ngagimbung,
saha anu cicing eta jalma nu teu eling ka Pangeran”.
 Itu lah penggalan lirik sebuah pupujian atau nyanyian yang biasa dilantunkan oleh anak-anak kecil di mesjid pada saat menunggu waktu iqomat. Nyanyian yang bernilai dakwah karena mengajak manusia kepada kebaikan yakni menjalankan solat berjamaah di mesjid. Pupujian itu baru beberapa saat yang lalu (saat solat dzuhur berjamaah) penulis dengar dan saksikan dilantunkan oleh anak-anak kecil di mesjid dekat rumah di kampung halaman penulis di daerah kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. Ada sebuah perasaan haru dan bahagia ketika menyaksikan anak-anak kecil tersebut menyanyikan lagu penuh nasihat itu dengan penuh semangat. Saking semangatnya anak-anak yang berjumlah sekitar 7 orang tersebut sampai berebut microphone yang hanya tersedia satu buah untuk menyumbangkan suara merdu mereka dalam menyerukan kebaikan.
Pemandangan tersebut merupakan pemandangan yang sudah sangat langka ditemukan di zaman ini. Pun di mesjid tempat biasa saya melaksanakan solat berjamaah tersebut. Anak-anak yang datang ke mesjid untuk pupujian dan solat tersebut tidak rutin di setiap waktu, alias belang betong (kadang-kadang). Di era globalisasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang pesat seperti sekarang ini masyarakat termasuk anak-anak kecil sudah terbuai dengan hal-hal keduniawian yang menjauhkan kita dari Tuhan Sang Pencipta Alam, Allah swt. Tidak perlu repot-repot melakukan survei atau penelitian. Silahkan saja pada waktu solat tiba lihat bagaimana okupasi mesjid yang ada di sekitar anda, kemudian bandingkan dengan okupasi warnet, tempat rental playstation, mall, dan tempat-tempat untuk bersenang-senang lainnya. Saya yakin pada umumnya memperoleh hasil bahwa keadaan mesjid sangat jauh lebih lengang daripada keadaan di warnet, tempat rental playstation, dan juga mall. Di tempat-tempat itu lah justru orang lebih banyak berkutat, meskipun pada waktu solat.
Kembali ke topik awal yang ingin saya bahas. Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa, yang berarti akan menerima tongkat estafet untuk melanjutkan pembangunan kehidupan, entah itu menjadi pejabat publik (Presiden, Menteri, Anggota DPR, Gubernur, dll), pengusaha, guru, ulama, dan lain-lainnya. Untuk itulah diperlukan sebuah proses regenerasi yang berkualitas agar melahirkan generasi baru yang juga berkualitas dan siap mengemban tugas membangun kehidupan selanjutnya. Lalu seperti apakah proses regenerasi yang berkualitas itu? Saya tidak akan berteori atau merumuskan konsep dengan panjang lebar, karena kali ini saya hanya ingin menyampaikan bahwa ada satu tempat yang dekat, tidak memerlukan biaya untuk memasukinya, dan merupakan tempat ditempanya kepribadian paling mendasar dari setiap manusia termasuk anak-anak. Ya, tempat itu adalah mesjid.
Melihat kondisi mesjid saat ini sangatlah miris. Jangankan untuk bermimpi membayangkan mesjid selalu hidup dengan berbagai kegiatan diluar waktu solat, pada waktu solat saja sangat jarang sekali ada mesjid yang terisi penuh. Mungkin pada waktu solat magrib saja kondisinya sedikit lebih baik. Selebihnya mesjid selalu ada dalam kondisi sunyi dan sepi. Silahkan anda renungkan juga. Saat waktu solat tiba, suara siapakah yang mengumandangkan adzan? Kebanyakan justru adalah suara orang-orang tua, sangat jarang sekali suara anak muda atau pun anak-anak. Kemana anak mudanya? Rental alat musik, cafe, dan mall sepertinya lebih menarik dan mengasikan bagi mereka (baca: KITA, bagi anda yang merasa anak muda). Lalu kemana anak-anak kecilnya? Rental ps dan warnet tampaknya lebih membuat mereka merasa nyaman ketimbang mesjid.
Kalau flash back ke kehidupan masa kecil penulis, kondisi anak-anak dulu dengan anak-anak sekarang sudah jauh berbeda. Dulu, saya bersama teman-teman sepermainan cukup akrab dengan mesjid. Walaupun tidak solat setiap waktu di mesjid, tapi paling tidak dalam sehari pasti minimal satu kali memakmurkan mesjid dengan pupujian patarik-tarik, solat berjamaah, dan mengaji pada waktu maghrib. Sementara sekarang, keadaannya sudah berubah. Semakin sedikit jumlah anak-anak yang memakmurkan mesjid dan juga mengaji pada waktu maghrib. Tidak heran kalau kondisi ini berkorelasi dengan akhlak dan moral anak-anak yang sudah semakin memperihatinkan.
Tidak heran bila saat ini banyak berita-berita kriminal yang pelakunya masih anak usia sekolah dasar. Di bulan oktober lalu ada seorang anak SD yang menghamili siswi SMP, sementara lebih ditarik ke belakang ada juga siswa SD di suatu daerah yang dengan sadis menusuk temannya berkali-kali. Dan masih banyak kenakalan atau perilaku anak-anak yang tidak mencerminkan usianya. Kalau sudah begini, siapa yang salah? Silahkan cari jawaban masing-masing dan berintrospeksi. Tapi mari kita jadikan mesjid sebagai solusi terpenting dalam mengatasi kerusakan akhlak dan moral yang terjadi pada anak-anak. Karena kalau dibiarkan tetap seperti ini, anak-anak yang saat ini moral dan akhlaknya sudah rusak, di masa depan ketika dia memegang kemudi pembangunan kehidupan dia justru semakin edan, naudzubillahimindzalik, tentunya kita sama sekali tidak berharap itu terjadi.
Sudah seharusnya para orang tua, tokoh masyarakat, dan pemerintah, mengarahkan kembali anak-anak untuk akrab dengan mesjid. Banyak cara bisa dilakukan, tinggal keinginan dan itikad kuat untuk merubah keadaan dalam mencetak para generasi penerus kehidupan yang berkualitas. Saya teringat sebuah pepatah yang terdapat dalam buku Pembiasaan di SMP dulu, pepatahnya berbunyi “Kita membentuk kebiasaan dan kebiasaan akan membentuk kita”. Untuk itulah dari mulai sejak dini anak-anak harus kita dekatkan dengan mesjid, terutama agar mereka membiasakan diri solat berjamaah di setiap waktu. Seperti firman Allah pada ayat Al Quran surat Al ankabut ayat 45, dimana isi terjemahannya menjelaskan bahwa solat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Kalau anak-anak sudah biasa memakmurkan mesjid, insyaAllah akan tercetak generasi penerus kehidupan yang berkualitas. Tentunya itu bisa betul-betul terwujud bila ditunjang dengan pembinaan/pendidikan agama yang baik dan berkesinambungan kepada anak-anak, termasuk tentang tata cara solat yang baik dan benar, agar solat yang dilakukan anak-anak betul-betul berefek pada kepribadian mereka, jauh dari perbuatan keji dan mungkar. Mari kita makmurkan mesjid, de!
Wallahualam

- Mohamad Rian Ari Sandi
Artikel ini juga dipublish di http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/27/ayo-makmurkan-mesjid-de-519175.html  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar