“......Hayu
batur urang ka cai, urang solat berjamaah,
solat wajib nu di waktu di waktu menang
ganjaran,
ulah
ngagugu kaembung, sabab setan nu ngagimbung,
saha
anu cicing eta jalma nu teu eling ka Pangeran”.
Itu lah penggalan lirik sebuah pupujian atau nyanyian yang biasa
dilantunkan oleh anak-anak kecil di mesjid pada saat menunggu waktu iqomat.
Nyanyian yang bernilai dakwah karena mengajak manusia kepada kebaikan yakni
menjalankan solat berjamaah di mesjid. Pupujian
itu baru beberapa saat yang lalu (saat solat dzuhur berjamaah) penulis dengar
dan saksikan dilantunkan oleh anak-anak kecil di mesjid dekat rumah di kampung
halaman penulis di daerah kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung. Ada sebuah perasaan
haru dan bahagia ketika menyaksikan anak-anak kecil tersebut menyanyikan lagu
penuh nasihat itu dengan penuh semangat. Saking semangatnya anak-anak yang
berjumlah sekitar 7 orang tersebut sampai berebut microphone yang hanya tersedia satu buah untuk menyumbangkan suara
merdu mereka dalam menyerukan kebaikan.
Pemandangan
tersebut merupakan pemandangan yang sudah sangat langka ditemukan di zaman ini.
Pun di mesjid tempat biasa saya melaksanakan solat berjamaah tersebut.
Anak-anak yang datang ke mesjid untuk pupujian dan solat tersebut tidak rutin
di setiap waktu, alias belang betong (kadang-kadang). Di era globalisasi dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang pesat seperti sekarang ini masyarakat
termasuk anak-anak kecil sudah terbuai dengan hal-hal keduniawian yang
menjauhkan kita dari Tuhan Sang Pencipta Alam, Allah swt. Tidak perlu
repot-repot melakukan survei atau penelitian. Silahkan saja pada waktu solat
tiba lihat bagaimana okupasi mesjid yang ada di sekitar anda, kemudian
bandingkan dengan okupasi warnet, tempat rental playstation, mall, dan
tempat-tempat untuk bersenang-senang lainnya. Saya yakin pada umumnya
memperoleh hasil bahwa keadaan mesjid sangat jauh lebih lengang daripada
keadaan di warnet, tempat rental playstation, dan juga mall. Di tempat-tempat itu
lah justru orang lebih banyak berkutat, meskipun pada waktu solat.
Kembali ke
topik awal yang ingin saya bahas. Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa,
yang berarti akan menerima tongkat estafet untuk melanjutkan pembangunan
kehidupan, entah itu menjadi pejabat publik (Presiden, Menteri, Anggota DPR,
Gubernur, dll), pengusaha, guru, ulama, dan lain-lainnya. Untuk itulah
diperlukan sebuah proses regenerasi yang berkualitas agar melahirkan generasi
baru yang juga berkualitas dan siap mengemban tugas membangun kehidupan
selanjutnya. Lalu seperti apakah proses regenerasi yang berkualitas itu? Saya
tidak akan berteori atau merumuskan konsep dengan panjang lebar, karena kali
ini saya hanya ingin menyampaikan bahwa ada satu tempat yang dekat, tidak
memerlukan biaya untuk memasukinya, dan merupakan tempat ditempanya kepribadian
paling mendasar dari setiap manusia termasuk anak-anak. Ya, tempat itu adalah
mesjid.
Melihat
kondisi mesjid saat ini sangatlah miris. Jangankan untuk bermimpi membayangkan
mesjid selalu hidup dengan berbagai kegiatan diluar waktu solat, pada waktu
solat saja sangat jarang sekali ada mesjid yang terisi penuh. Mungkin pada
waktu solat magrib saja kondisinya sedikit lebih baik. Selebihnya mesjid selalu
ada dalam kondisi sunyi dan sepi. Silahkan anda renungkan juga. Saat waktu
solat tiba, suara siapakah yang mengumandangkan adzan? Kebanyakan justru adalah
suara orang-orang tua, sangat jarang sekali suara anak muda atau pun anak-anak.
Kemana anak mudanya? Rental alat musik, cafe, dan mall sepertinya lebih menarik
dan mengasikan bagi mereka (baca: KITA, bagi anda yang merasa anak muda). Lalu
kemana anak-anak kecilnya? Rental ps dan warnet tampaknya lebih membuat mereka
merasa nyaman ketimbang mesjid.
Kalau flash back ke kehidupan masa kecil
penulis, kondisi anak-anak dulu dengan anak-anak sekarang sudah jauh berbeda.
Dulu, saya bersama teman-teman sepermainan cukup akrab dengan mesjid. Walaupun
tidak solat setiap waktu di mesjid, tapi paling tidak dalam sehari pasti minimal
satu kali memakmurkan mesjid dengan pupujian
patarik-tarik, solat berjamaah, dan
mengaji pada waktu maghrib. Sementara sekarang, keadaannya sudah berubah.
Semakin sedikit jumlah anak-anak yang memakmurkan mesjid dan juga mengaji pada
waktu maghrib. Tidak heran kalau kondisi ini berkorelasi dengan akhlak dan
moral anak-anak yang sudah semakin memperihatinkan.
Tidak heran
bila saat ini banyak berita-berita kriminal yang pelakunya masih anak usia
sekolah dasar. Di bulan oktober lalu ada seorang anak SD yang menghamili siswi
SMP, sementara lebih ditarik ke belakang ada juga siswa SD di suatu daerah yang
dengan sadis menusuk temannya berkali-kali. Dan masih banyak kenakalan atau
perilaku anak-anak yang tidak mencerminkan usianya. Kalau sudah begini, siapa yang
salah? Silahkan cari jawaban masing-masing dan berintrospeksi. Tapi mari kita
jadikan mesjid sebagai solusi terpenting dalam mengatasi kerusakan akhlak dan
moral yang terjadi pada anak-anak. Karena kalau dibiarkan tetap seperti ini,
anak-anak yang saat ini moral dan akhlaknya sudah rusak, di masa depan ketika
dia memegang kemudi pembangunan kehidupan dia justru semakin edan,
naudzubillahimindzalik, tentunya kita sama sekali tidak berharap itu terjadi.
Sudah
seharusnya para orang tua, tokoh masyarakat, dan pemerintah, mengarahkan
kembali anak-anak untuk akrab dengan mesjid. Banyak cara bisa dilakukan,
tinggal keinginan dan itikad kuat untuk merubah keadaan dalam mencetak para
generasi penerus kehidupan yang berkualitas. Saya teringat sebuah pepatah yang terdapat
dalam buku Pembiasaan di SMP dulu, pepatahnya berbunyi “Kita membentuk
kebiasaan dan kebiasaan akan membentuk kita”. Untuk itulah dari mulai sejak
dini anak-anak harus kita dekatkan dengan mesjid, terutama agar mereka
membiasakan diri solat berjamaah di setiap waktu. Seperti firman Allah pada ayat Al Quran surat Al ankabut ayat 45, dimana isi terjemahannya
menjelaskan bahwa solat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Kalau
anak-anak sudah biasa memakmurkan mesjid, insyaAllah akan tercetak generasi
penerus kehidupan yang berkualitas. Tentunya itu bisa betul-betul terwujud bila
ditunjang dengan pembinaan/pendidikan agama yang baik dan berkesinambungan
kepada anak-anak, termasuk tentang tata cara solat yang baik dan benar, agar
solat yang dilakukan anak-anak betul-betul berefek pada kepribadian mereka,
jauh dari perbuatan keji dan mungkar. Mari kita makmurkan mesjid, de!
Wallahualam
- Mohamad Rian Ari
Sandi
Artikel ini juga dipublish di http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/27/ayo-makmurkan-mesjid-de-519175.html
Artikel ini juga dipublish di http://sosbud.kompasiana.com/2012/12/27/ayo-makmurkan-mesjid-de-519175.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar