Minggu, 02 Desember 2012

PKn dan Seni, itu Bisa !




Oleh : Pratama Syah Alam
 
          Pancasila dan Undang-undang Dasar, itu stigma yang menempel dipikiran hampir semua orang saat mendengar PKn. Pendidikan Kewarganegaraan adalah pembelarajan Nilai dan Moral yang hanya dianggap sebuah hafalan, sehingga kebanyakan orang mengganggap ini adalah pelajaran yang tidak penting.
          Itu adalah realitas sekarang, padahal pada hakikatnya PKn adalah pembelajaran afektif dan psikomotor, yang tidak hanya mengajarkan kognitif siswa saja. Apa atau siapa yang salah, sampai-sampai siswa maupun orang tua, sering kali menyepelekan pelajaran yang sebenarnya menjadi jantung pendidikan ini? Tak perlu dijawab, karena tinggal bagaimana kita menyikapinya sekarang, sulit untuk merubah paradigma yang sudah melekat dimasyarakat, tapi kita bisa memperbaiki keadaan sehingga pada akhirnya paradigma masyarakat akan berubah seiring berjalannya waktu.
          Cara apa yang harus kita lakukan agar Pendidikan Kewarganegaraan mampu menjadi pelajaran yang sesuai dengan hakikatnya. Bukan lagi sistem yang harus diperbaiki, tapi bagaimana para pendidik mampu kreatif mengeksplorasi mata pelajaran yang dianggap menjemukan ini, menjadi punya daya tarik dan memiliki makna didalamnya.
          Seni adalah jawabannya. Salah bila banyak yang berpikir PKn itu jauh dari Seni, karena kenyataannya sangat dekat. PKn itu tidak sekedar hafalan karena ada nilai dan moral didalamnya, dalam hal ini rasa dan karsa lah yang bicara, begitu juga Seni yang menjunjung tinggi rasa dan karsa, sehingga keduanya berkaitan begitu dekat, hanya tidak semua orang mengetahuinya.
          Tapi bukan berarti PKn harus mengajarkan cara bernyanyi, menari, atau menggambar, tapi bagaimana kita berkesenian dalam membelajarkan PKn, misalnya kita buka dengan lagu Garuda Pancasila, setelah itu baru kita jelaskan makna-makna dalam setiap sila dalam Pancasila, tidak hanya itu kita bisa melakukan metode pembelaran lain.
          Prof. Dasim Budimansyah M.Si. salah seorang dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang juga menjadi ketua Jurusan program Pendidikan Umum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, memberikan terobosan dalam pembelajaran PKn lewat Project Citizen, dimana siswa membuat portofolio dengan melakukan pencarian data, penelitian, dan penyimpulan, serta melakukan showcase dari portofolio yang dibuat, dengan metode ini semua siswa bisa mengembangkan potensinya, yang bisa mewawancara akan mewawancara, yang suka membuat kreasi seni bisa berkreasi, sehingga menciptakan suasana kelas PKn yang bergerak. Pembelajaran seperti ini membuat siswa tertarik, Karena tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru, tapi juga turun langsung untuk memberikan analisis, saran dan gagasan untuk menjadi solusi terhadap tema kontemporer yang diambil.
          Seni sangat bisa diterapkan dalam pembelajaran PKn. Dedi, seorang seniman yang juga guru asal Sumedang, mengemukakan kalau Seni bisa masuk semua pelajaran, bahkan eksak sekalipun. Guru harus kreatif, jangan hanya terpaku pada buku dan LKS, karena itu akan membuat suasana kelas tidak menarik dan menjadi pembodohan terhadap murid, meskipun siswa bisa mengerjakan semua, siswa tetap tidak akan punya daya saing hingga akhirnya siswa tidak bisa berkembang meskipun punya pengetahuan yang luas. “Metodologi dan aspek perangkat lain harusnya menjadi pendukung dalam pembelajaran. Da sakaterang abdi mah kitu nya, salami urang kajebak ku LKS, maka pemikiran urang teh tos di set (Kalau sepengetahuan saya begitu ya, selama kita terjebak oleh LKS maka pemikiran kita itu sudah di set) oleh satu bentuk LKS yang tidak mengundang kreatifitas.” Tutur seniman gamelan tersebut.
          Dedi pun mengutarakan bahwa sebaiknya hindari pembelajaran textbook atau hafalan “Saya ingat waktu itu dosen saya mengatakan bahwa kalau text book atau hafalan itu hanya menggiring saraf reptil pada otak manusia, semakin itu dirangsang, semakin berpengaruh seperti reptil, makanya seperti kekerasan, itu akibat saraf reptilnya terkena, jadi kita jiwa-jiwa hewaninya yang muncul. Yang sekarang saya lakukan bagaimana untuk jujur, lepaskan beban itu, sekarang kamu salurkan dalam bentuk kerajinan tangan, dalam berkesenian, sejenak kamu lepaskan tekanan-tekanan. Jujur sajalah, padahal dari situ juga sudah ada proses belajar”, jelas yang dikatakan bahwa sebenarnya tidak baik bila pengajar menyuruh siswanya untuk menghafalkan satu bahasan sampai dia fasih, karena itu tidak akan membuat siswa cerdas, hanya akan membuat siswa pintar menghafal, tapi tidak tahu esensi didalamnya.
          Kembangkanlah PKn dengan seni-seni didalamnya, karena ada 4 pembelajaran untuk penghalusan jiwa Agama dan PKn yang menjadi jiwa, Seni dan Bahasa yang akan bergerak sesuai jiwa. Dengan pembelajaran PKn yang atraktif dan interaktif akan membuat siswa tertarik untuk belajar dan memahami makna-makna didalamnya, saat itu sudah tertanam, bersiaplah untuk Indonesia yang lebih baik yang beragama, memiliki nilai dan moral serta mencintai keindahan.
          AIR, kami Alam, Intan dan Rian yang merupakan calon pendidik PKn akan berusaha menerapkan 3 aspek penting yang menjadi pegangan kami yaitu Agama yang membuat hidup lebih terarah, Ilmu Pengetahuan yang memuat hidup lebih mudah dan Seni yang membuat hidup lebih indah. Dengan seperti itu kami akan berusaha membuat PKn yang lebih bermakna dari sekedar hafalan, Semoga kami mampu !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar