Oleh : Pratama Syah
Alam
Pancasila dan Undang-undang Dasar, itu stigma yang menempel
dipikiran hampir semua orang saat mendengar PKn. Pendidikan Kewarganegaraan
adalah pembelarajan Nilai dan Moral yang hanya dianggap sebuah hafalan,
sehingga kebanyakan orang mengganggap ini adalah pelajaran yang tidak penting.
Itu adalah realitas sekarang, padahal pada hakikatnya PKn
adalah pembelajaran afektif dan psikomotor, yang tidak hanya mengajarkan
kognitif siswa saja. Apa atau siapa yang salah, sampai-sampai siswa maupun
orang tua, sering kali menyepelekan pelajaran yang sebenarnya menjadi jantung
pendidikan ini? Tak perlu dijawab, karena tinggal bagaimana kita menyikapinya
sekarang, sulit untuk merubah paradigma yang sudah melekat dimasyarakat, tapi
kita bisa memperbaiki keadaan sehingga pada akhirnya paradigma masyarakat akan
berubah seiring berjalannya waktu.
Cara apa yang harus kita lakukan agar Pendidikan
Kewarganegaraan mampu menjadi pelajaran yang sesuai dengan hakikatnya. Bukan
lagi sistem yang harus diperbaiki, tapi bagaimana para pendidik mampu kreatif
mengeksplorasi mata pelajaran yang dianggap menjemukan ini, menjadi punya daya
tarik dan memiliki makna didalamnya.
Seni adalah jawabannya. Salah bila banyak yang berpikir PKn
itu jauh dari Seni, karena kenyataannya sangat dekat. PKn itu tidak sekedar
hafalan karena ada nilai dan moral didalamnya, dalam hal ini rasa dan karsa lah
yang bicara, begitu juga Seni yang menjunjung tinggi rasa dan karsa, sehingga
keduanya berkaitan begitu dekat, hanya tidak semua orang mengetahuinya.
Tapi bukan berarti PKn harus mengajarkan cara bernyanyi,
menari, atau menggambar, tapi bagaimana kita berkesenian dalam membelajarkan
PKn, misalnya kita buka dengan lagu Garuda Pancasila, setelah itu baru kita jelaskan
makna-makna dalam setiap sila dalam Pancasila, tidak hanya itu kita bisa
melakukan metode pembelaran lain.
Prof. Dasim Budimansyah M.Si. salah seorang dosen
Pendidikan Kewarganegaraan yang juga menjadi ketua Jurusan program Pendidikan
Umum Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, memberikan
terobosan dalam pembelajaran PKn lewat Project
Citizen, dimana siswa membuat portofolio dengan melakukan pencarian data,
penelitian, dan penyimpulan, serta melakukan showcase dari portofolio yang dibuat, dengan metode ini semua siswa
bisa mengembangkan potensinya, yang bisa mewawancara akan mewawancara, yang
suka membuat kreasi seni bisa berkreasi, sehingga menciptakan suasana kelas PKn
yang bergerak. Pembelajaran seperti ini membuat siswa tertarik, Karena tidak hanya
mendengarkan ceramah dari guru, tapi juga turun langsung untuk memberikan
analisis, saran dan gagasan untuk menjadi solusi terhadap tema kontemporer yang
diambil.
Seni sangat bisa diterapkan dalam pembelajaran PKn. Dedi,
seorang seniman yang juga guru asal Sumedang, mengemukakan kalau Seni bisa
masuk semua pelajaran, bahkan eksak sekalipun. Guru harus kreatif, jangan hanya
terpaku pada buku dan LKS, karena itu akan membuat suasana kelas tidak menarik
dan menjadi pembodohan terhadap murid, meskipun siswa bisa mengerjakan semua,
siswa tetap tidak akan punya daya saing hingga akhirnya siswa tidak bisa
berkembang meskipun punya pengetahuan yang luas. “Metodologi dan aspek
perangkat lain harusnya menjadi pendukung dalam pembelajaran. Da sakaterang
abdi mah kitu nya, salami urang kajebak ku LKS, maka pemikiran urang teh tos di
set (Kalau sepengetahuan saya begitu ya, selama kita terjebak oleh LKS maka
pemikiran kita itu sudah di set) oleh satu bentuk LKS yang tidak mengundang kreatifitas.”
Tutur seniman gamelan tersebut.
Dedi pun mengutarakan bahwa sebaiknya hindari pembelajaran textbook atau hafalan “Saya ingat waktu itu dosen saya mengatakan bahwa kalau text book atau hafalan itu hanya
menggiring saraf reptil pada otak manusia, semakin itu dirangsang, semakin
berpengaruh seperti reptil, makanya seperti kekerasan, itu akibat saraf
reptilnya terkena, jadi kita jiwa-jiwa hewaninya yang muncul. Yang sekarang
saya lakukan bagaimana untuk jujur, lepaskan beban itu, sekarang kamu salurkan
dalam bentuk kerajinan tangan, dalam berkesenian, sejenak kamu lepaskan
tekanan-tekanan. Jujur sajalah, padahal dari situ juga sudah ada proses
belajar”, jelas yang dikatakan bahwa sebenarnya tidak baik bila pengajar
menyuruh siswanya untuk menghafalkan satu bahasan sampai dia fasih, karena itu
tidak akan membuat siswa cerdas, hanya akan membuat siswa pintar menghafal,
tapi tidak tahu esensi didalamnya.
Kembangkanlah PKn dengan seni-seni
didalamnya, karena ada 4 pembelajaran untuk penghalusan jiwa Agama dan PKn yang
menjadi jiwa, Seni dan Bahasa yang akan bergerak sesuai jiwa. Dengan
pembelajaran PKn yang atraktif dan interaktif akan membuat siswa tertarik untuk
belajar dan memahami makna-makna didalamnya, saat itu sudah tertanam,
bersiaplah untuk Indonesia yang lebih baik yang beragama, memiliki nilai dan
moral serta mencintai keindahan.
AIR, kami Alam, Intan dan Rian yang
merupakan calon pendidik PKn akan berusaha menerapkan 3 aspek penting yang
menjadi pegangan kami yaitu Agama yang membuat hidup lebih terarah, Ilmu
Pengetahuan yang memuat hidup lebih mudah dan Seni yang membuat hidup lebih
indah. Dengan seperti itu kami akan berusaha membuat PKn yang lebih bermakna
dari sekedar hafalan, Semoga kami mampu
!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar