Oleh :
Pratama Syah Alam
Hening
suara dengan degub jantung yang berdetak keras, sorot mata tajam sang nomor 10, dengan keberanian memuncak, saat
semua berbalik dan meuntup mata, dia tegar menghadapi takdir. Detik terlewat, jempol
dihisap, teriakan membahana, Sang Pangeran Roma berhasil menyarangkan sikulit
bundar ke gawang tim Kangguru lewat titik putih. Tak ada yang bisa mengelak,
Francesco Totti berhasil membawa Gli Azzurri Italia melenggang ke fase
selanjutnya, hingga mengangkat trofi Juara Dunia FIFA 2006 di Jerman, setelah
mengalahkan sang rival Perancis lewat drama adu penalty dibabak final.
Bicara Italia di Piala Dunia 2006,
artinya berbicara pemain-pemain yang menghuni skuadra tim Biru itu, untuk
menjadi kampiun di dunia, bukan hanya kebintangan ataupaun permainan cantik,
tapi juga mental yang bicara dan Italia memiliki itu, sebut saja para veteran
seperti Totti, Cannavaro, Nesta, Del Piero dan Buffon juga para pemain lain
yang juga bermental baja.
Inilah rahasia kesuksesan anak asuh
Marcello Lippi dikancah persepakbolaan dunia paling bergengsi itu, Mental.
Karena bila bicara materi pemain, tim lain pun tidak kalah, Argentina punya
Messi yang kala itu menjadi Rissing Stars, Inggris juga punya skuad
mumpuni dengan Beckham yang menjadi jenderal lapangan, Brazil dengan para
bintangnya serta Jerman yang menjadi tuan rumah nyatanya tak mampu menjadi
juara dunia.
Masih ingatkah kita saat 2006 itu
Italia sedang dirundung masalah Calciopolli
(pengaturan skor) yang dilakukan oleh bebrapa tim besar Italia, secara
psikologis hal itu harusnya mengganggu penampilan para Gladiator Italia, tapi
nyatanya tidak. Bahkan Buffon yang klubnya tersandung kasus memalukan itu, bisa
bermain apik menjaga gawangnya dengan hanya kebobolan 2 gol, itupun dari
blunder Zacardo yang menggelindingkan bola ke gawang timnya sendiri dan penalty
dari maestro Perancis Zinedine Zidane.
Tak hanya Buffon, para pemain lainpun
mampu menjalankan perannya dengn baik, terlebih Totti, kapten AS Roma ini
bermain cantik dalam tiap laga, teknik tinggi, umpan akurat, juga tendangan
Sendok Kopi yang menjadi ciri khasnya mampu menjadi tontonan Seni yang memikat
setiap mata penikmat sepakbola, yang paling tidak bisa dilupakan adalah
eksekusi penalty dinginnya ke gawang Australia. Banyak orang menganggap
tendangan penalty itu adalah hal yang mudah dan bisa dilakukan oleh semua
pemain bola, bahkan orang biasapun bisa mengeksekusi penalty. Ya benar,
menendang mungkin gampang, tapi dalam keadaan seperti ini bukan hanya kemampuan
menendang yang dikerahkan, tapi mental eksekutor pun bicara. Totti mampu melakukan itu, saat timnya dilanda frustasi
dalam pertandingan tersebut, Italia diberi hadiah penalty, karena Grosso “yang
menjadi penyelamat” dengan melakukan diving
dikotak penalty lawan. Disinilah suami dari Illary Blasi itu menghadapi
salah satu tantangan terbesar dalam hidupnya, bila tendangannya masuk bisa
dipastikan Italia menang, namun jika dia gagal, rekan setimnya akan semakin
frustasi dan mungkin akan menjadi akhir perjuangan tim.
Ketenangan yang dimilikinya sungguh
hebat, faktor kecemasan seolah menghilang, dia berdiri menghadapi bola, dan
dengan tendangan kilat bola masuk ke gawang tim berkostim Kuning Hijau itu,
semua pemain, official team, dan para
tifosi Azzurri diseluruh dunia larut
dalam gemuruh untuk merayakan gol dari pemain berjuluk Il Gladiatore itu.
Pemain Italia lain, Andrea Pirlo
mengungkapkan kekagumannya kepada Sang Legenda Roma “Tim kami punya banyak
eksekutor andal yang bermain ataupun yang duduk dikursi cadangan, sebut saja
Del Piero, Grosso, De Rossi, kapten kami Cannavaro juga saya sendiri yang
sering menjadi pengambil bola mati, tapi tak ada yang mampu seperti dia
(Totti), dia sungguh tenang, dia tidak mundur untuk mengeksekusi saat pemain
lain menolak, termasuk aku. Aku tak habis pikir bagaimana dia bisa memiliki
mental Gladiator seperti itu.”. Lagi-lagi kekaguman yang dilontarkan bukan
hanya karena tendangannya yang hebat, tapi karena keberanian dan ketenangan
dalam menghadapi bola, pantas lah Totti menjadi nomor 1, mengungguli master
sepakbola Pele dan juga striker paling tajam Batistuta dalam peringkat algojo
penalty terbaik.
Seperti itupula kehidupan kita, untuk
menghadapi segala sesuatu, baik itu hamabatan atau tantangan, kuatkanlah mental
kita, karena bila kita ragu, pasti kita akan gagal, jangan takut menghadapi
kehidupan, saat semua mundur dalam mengarungi hidup yang dianggap sulit, kita
harus tetap maju untuk melangkah dan bangkit saat terjatuh. Meskipun kita punya
kemampuan yang hebat, bila tidak diimbangi dengan mental yang kuat, sangat
sulit bagi kita untuk maju, karena kita akan mudah takut dan putus asa dalam
melakukan sesuatu. Francesco Totti lewat eksekusinya mampu membawa Italia
juara, andai dia ragu saat menendang, mungkin bolanya akan meleset atau mampu
ditepis penjaga gawang, tapi keyakinan dan keberanian membuatnya berhasil
menjalankan tugas dengan baik.
Saatnya
bangkit dari keterpurukan, maju terus untuk menyongsong kehidupan, menghindar
tidak akan menyelesaikan sesuatu, tapi hanya akan menambah masalah baru, karena
itu hadapilah apapun, sesulit dan semenakutkan apapun itu, pepatah klasik
berkata “saat kita takut, itu tidak akan memperpanjang umur kita dan saat
berani itu tidak akan memperpendek umur kita” jadi lebih baik siapkan mental
kita dan hadapi semua hambatan, tantangan dan rintangan ada dalam kehidupan
kita.
Musuh
yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang
paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh. (Andrew Jackson)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar