24 Februari
nanti rakyat Jawa Barat akan menentukan nasib Jawa Barat untuk lima tahun yang
akan datang. Ya, masyarakat jawa Barat pada saatnya nanti akan memilih siapa
yang akan menjadi gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat untuk periode
2013-2018. Hampir dipastikan pilgub ini akan diikuti oleh lima pasangan calon.
Kelimanya yakni Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar, Dede Yusuf-Lex Laksamana, Rieke
Dyah Pitaloka-Teten Masduki, Irianto MS Syafiudin-Tatang Fahranul Hakim, dan
Dikdik MA Mansur-Cecep NS Toyib.
Menarik
untuk menantikan strategi kampanye apa yang akan digunakan oleh kelima pasangan
calon untuk memenangi pilgub Jabar 2013 nanti. Mengingat Jawa Barat memiliki
wilayah demografi yang cukup luas dan dengan jumlah pemilih yang sangat banyak.
Data terakhir yang dilansir harian Tribun jabar menyebutkan, jumlah daftar
pemilih sementara mencapai 32.263.397. angka ini lebih rendah dibandingkan
dengan jumlah data penduduk potensial pemilih yang mencapai 36.642.289. Tentu
angka tersebut bukanlah angka yang sedikit. Dan hal itu semakin menegaskan
kepada para pasangan calon beserta tim suksesnya bahwa bukanlah perkara mudah
untuk memenangkan pilgub jabar 2013 dengan segala dinamika yang menyertainya.
Salah
satu strategi kampanye politik yang biasa digunakan oleh politisi yang sedang
bertarung untuk memperebutkan tampuk kekuasaan adalah dengan memanfaatkan objek
populis yang ada di suatu wilayah. Dalam konteks Jawa Barat, Persib Bandung,
tim sepakbola kebanggaan rakyat Jawa Barat sangat potensial menjadi objek
politisasi para kandidat cagub dan cawagub. Kita semua mafhum betul bagaimana
fanatisme masyarakat Jawa barat terhadap Persib. Fanatisme yang tak lekang oleh
zaman dan tak luntur oleh situasi apa pun. Lihat saja ketika Persib bermain.
Stadion selalu penuh sesak, dan televisi di rumah-rumah masyarakat hampir semua
menyaksikan pertandingan Persib. Itu rasanya cukup menggambarkan kecintaan
masyarakat Jawa Barat terhadap Persib Bandung.
Kepopuleran
Persib tentu merupakan sebuah peluang yang sangat besar bagi para kandidat
cagub dan cawagub untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya. Tak heran bila
kemudian, tokoh yang selama ini (sebelum nyalon) tidak akrab dengan berbagai
hal berbau persib tiba-tiba muncul di seuah baligo di jalanan dengan memakai
seragam viking (salah satu basis pendukung Persib). Tujuannya tidak lain tidak
bukan,ingin merangkul suara para bobotoh Persib dengan cara mengidentikan
dirinya sebagai pendukung persib dan sahabat para bobotoh.
Cara
seperti itu sebetulnya sah-sah saja dilakukan. Tapi yang terpenting adalah
pengurus PT.Persib Bandung Bermartabat selaku pengelola klub Persib Bandung
beserta para pemain dan official tidak ikut nimbrung
menjadi tim sukses atau meperlihatkan keberpihakan kepada salah satu pasangan
calon. Bagaimanapun kita sudah cukup trauma ketika sepakbola sudah dicampuri
masalah politik. Kisruh persepakbolaan Indonesia yang terjadi saat ini yang
disebabkan oleh PSSI pimpinan Djohar Arifin dan KPSI pimpinan La Nyala
terindikasi kuat karena kedua kubu membawa kepentingan politik atau bisnis
tertentu. Setidaknya itu merupakan contoh nyata bagaimana pengaruh negatif
ketika sepakbola sudah ditunggangi masalah politik.
Kisruh
di persepakbolaan nasional sudah cukup membuat kita jengah. Dan tentu kita
tidak mengharapkan Persib dan bobotoh pun ikut-ikutan kisruh hanya karena
masalah pilgub. Memang, belum tentu di tubuh Persib dan bobotoh akan terjadi
kekisruhan bila dipolitisasi untuk kepentingan pilgub, tapi bagi penulis lebih
baik mencegah daripada mengobati. Apalagi, tahun ini Persib kembali menargetkan
menjadi juara Liga Super Indonesia. Gelar juara liga yang sudah dinanti-nanti
selama belasan tahun tentu hanya bisa diraih dengan kekompakan dan kesolidan
seluruh awak tim dan pendukung. Dan, selama persiapan memasuki musim kompetisi
yang baru Persib sudah cukup baik dalam melakukan berbagai persiapan, baik dari
segi teknis maupun nonteknis. Gelar juara Celebes Cup dan keberhasilan menembus
semifinal dengan poin sempurna pada penyisihan grup di turnamen Inter Island
Cup merupakan bukti nyata bahwa Persib Bandung sudah ada dalam jalur yang tepat
untuk berprestasi di musim kompetisi yang baru nanti.
Sangat
disayangkan dan sangat mahal harganya jika saja kestabilan dan kondusivitas di
tubuh Persib terganggu hanya karena dipolitisasi untuk kepentingan pilgub. Maka
dari itulah sekali lagi, lebih baik mencegah daripada mengobati. Artinya, lebih
baik tidak ikut nimbrung sama sekali daripada menimbulkan efek negatif ke dalam
tubuh tim. Pilgub, biarlah berjalan sesuai dinamikanya. Dan Persib harus terus
berjalan di jalurnya. Jalur juara sesuai harapan seluruh masyarakat. Justru,
Persib haruslah menjadi pemersatu masyarakat Jawa Barat manakala di pilgub
nanti terjadi gesekan-gesekan yang berpotensi memunculkan konflik diantara
masyarakat. Biasanya, bila sudah berbicara Persib masyarakat akan bersatu padu
tidak melihat dari golongan, agama, suku, ras, atau partai politik. Persib akan
selalu menjadi idola masyarakat. Timbal baliknya, Persib haruslah selalu
menjadi hiburan bagi masyarakat di tengah hiruk pikuk kondisi sosial, politik,
dan ekonomi masyarakat yang terus berdinamika dari masa ke masa.
(Mohamad Rian Ari Sandi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar