Sabtu, 15 Desember 2012

Persib jangan Dipolitisasi!





24 Februari nanti rakyat Jawa Barat akan menentukan nasib Jawa Barat untuk lima tahun yang akan datang. Ya, masyarakat jawa Barat pada saatnya nanti akan memilih siapa yang akan menjadi gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat untuk periode 2013-2018. Hampir dipastikan pilgub ini akan diikuti oleh lima pasangan calon. Kelimanya yakni Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar, Dede Yusuf-Lex Laksamana, Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki, Irianto MS Syafiudin-Tatang Fahranul Hakim, dan Dikdik MA Mansur-Cecep NS Toyib.
                Menarik untuk menantikan strategi kampanye apa yang akan digunakan oleh kelima pasangan calon untuk memenangi pilgub Jabar 2013 nanti. Mengingat Jawa Barat memiliki wilayah demografi yang cukup luas dan dengan jumlah pemilih yang sangat banyak. Data terakhir yang dilansir harian Tribun jabar menyebutkan, jumlah daftar pemilih sementara mencapai 32.263.397. angka ini lebih rendah dibandingkan dengan jumlah data penduduk potensial pemilih yang mencapai 36.642.289. Tentu angka tersebut bukanlah angka yang sedikit. Dan hal itu semakin menegaskan kepada para pasangan calon beserta tim suksesnya bahwa bukanlah perkara mudah untuk memenangkan pilgub jabar 2013 dengan segala dinamika yang menyertainya.
                Salah satu strategi kampanye politik yang biasa digunakan oleh politisi yang sedang bertarung untuk memperebutkan tampuk kekuasaan adalah dengan memanfaatkan objek populis yang ada di suatu wilayah. Dalam konteks Jawa Barat, Persib Bandung, tim sepakbola kebanggaan rakyat Jawa Barat sangat potensial menjadi objek politisasi para kandidat cagub dan cawagub. Kita semua mafhum betul bagaimana fanatisme masyarakat Jawa barat terhadap Persib. Fanatisme yang tak lekang oleh zaman dan tak luntur oleh situasi apa pun. Lihat saja ketika Persib bermain. Stadion selalu penuh sesak, dan televisi di rumah-rumah masyarakat hampir semua menyaksikan pertandingan Persib. Itu rasanya cukup menggambarkan kecintaan masyarakat Jawa Barat terhadap Persib Bandung.
                Kepopuleran Persib tentu merupakan sebuah peluang yang sangat besar bagi para kandidat cagub dan cawagub untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya. Tak heran bila kemudian, tokoh yang selama ini (sebelum nyalon) tidak akrab dengan berbagai hal berbau persib tiba-tiba muncul di seuah baligo di jalanan dengan memakai seragam viking (salah satu basis pendukung Persib). Tujuannya tidak lain tidak bukan,ingin merangkul suara para bobotoh Persib dengan cara mengidentikan dirinya sebagai pendukung persib dan sahabat para bobotoh.
                Cara seperti itu sebetulnya sah-sah saja dilakukan. Tapi yang terpenting adalah pengurus PT.Persib Bandung Bermartabat selaku pengelola klub Persib Bandung beserta para pemain dan official tidak ikut nimbrung menjadi tim sukses atau meperlihatkan keberpihakan kepada salah satu pasangan calon. Bagaimanapun kita sudah cukup trauma ketika sepakbola sudah dicampuri masalah politik. Kisruh persepakbolaan Indonesia yang terjadi saat ini yang disebabkan oleh PSSI pimpinan Djohar Arifin dan KPSI pimpinan La Nyala terindikasi kuat karena kedua kubu membawa kepentingan politik atau bisnis tertentu. Setidaknya itu merupakan contoh nyata bagaimana pengaruh negatif ketika sepakbola sudah ditunggangi masalah politik.
                Kisruh di persepakbolaan nasional sudah cukup membuat kita jengah. Dan tentu kita tidak mengharapkan Persib dan bobotoh pun ikut-ikutan kisruh hanya karena masalah pilgub. Memang, belum tentu di tubuh Persib dan bobotoh akan terjadi kekisruhan bila dipolitisasi untuk kepentingan pilgub, tapi bagi penulis lebih baik mencegah daripada mengobati. Apalagi, tahun ini Persib kembali menargetkan menjadi juara Liga Super Indonesia. Gelar juara liga yang sudah dinanti-nanti selama belasan tahun tentu hanya bisa diraih dengan kekompakan dan kesolidan seluruh awak tim dan pendukung. Dan, selama persiapan memasuki musim kompetisi yang baru Persib sudah cukup baik dalam melakukan berbagai persiapan, baik dari segi teknis maupun nonteknis. Gelar juara Celebes Cup dan keberhasilan menembus semifinal dengan poin sempurna pada penyisihan grup di turnamen Inter Island Cup merupakan bukti nyata bahwa Persib Bandung sudah ada dalam jalur yang tepat untuk berprestasi di musim kompetisi yang baru nanti.
                Sangat disayangkan dan sangat mahal harganya jika saja kestabilan dan kondusivitas di tubuh Persib terganggu hanya karena dipolitisasi untuk kepentingan pilgub. Maka dari itulah sekali lagi, lebih baik mencegah daripada mengobati. Artinya, lebih baik tidak ikut nimbrung sama sekali daripada menimbulkan efek negatif ke dalam tubuh tim. Pilgub, biarlah berjalan sesuai dinamikanya. Dan Persib harus terus berjalan di jalurnya. Jalur juara sesuai harapan seluruh masyarakat. Justru, Persib haruslah menjadi pemersatu masyarakat Jawa Barat manakala di pilgub nanti terjadi gesekan-gesekan yang berpotensi memunculkan konflik diantara masyarakat. Biasanya, bila sudah berbicara Persib masyarakat akan bersatu padu tidak melihat dari golongan, agama, suku, ras, atau partai politik. Persib akan selalu menjadi idola masyarakat. Timbal baliknya, Persib haruslah selalu menjadi hiburan bagi masyarakat di tengah hiruk pikuk kondisi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang terus berdinamika dari masa ke masa.

(Mohamad Rian Ari Sandi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar