Oleh : Pratama Syah Alam
Sedikit becerita tentang pengalaman, tanggal 20
Januari lalu, kami diminta untuk menjadi pemateri dalam pelatihan penulisan,
pelatihan ini dilaksanakan di suatu perkampungan dengan peserta umum yang
kebanyakan adalah siswa SMA, ada sekitar 60 peserta yang hadir untuk mengikuti
pelatihan itu, hal yang agak agnjil terlihat saat saya pertama kali bertanya
kepada peserta, apakah mereka suka membaca, tak ada satupun yang memberi
tanggapan, saat saya kembali memberikan apakah mereka ingin menjadi penulis,
tidak ada juga satupun yang mengacungkan tangan atau mengucapakan keinginan
menjadi penulis, sempat terpikir kenapa saya ada disini? Saya diminta melatih
menulis karya kepada orang yang mereka sendiri tidak suka membaca dan tidak
ingin menjadi penulis.
Keadaan
ini sangat kontras dengan apa yang saya alami setiap hari dikampus, bagi kami
mahasiswa PKn sesi diskusi, bertanya dan menjawab adalah hal paling kami tunggu
dalam perkuliahan, tapi sikap kritis sama sekali tidak terlihat dari para
peserta itu, jangankan kritis, sikap keberanian pun tidak dapat saya lihat,
saat saya minta ada yang bisa mengucap ulang perkataan saya, tidak ada yang
berani untuk sekedar melakukan hal sederhana seperti itu.
Saat
pematerian sesekali saya berpikir, mereka ini ada di Bandung, letak mereka
tidak jauh dari Gedung Sate, tempat orang-orang beradu cakap. Apa yang salah,
sehingga bisa terjadi keadaan seperti ini? Keadaan yang kontras dengan apa yang
biasa saya lihat dalam kehidupan saya.
Ternyata
bila lebih dikaji ulang, Pendidikanlah yang berperan cukup signifikan dalam
pembentukan karakter seseorang, di kampus kami dituntut untuk aktif dalam
setiap kegiatan pemebelajaran, kami sangat tidak senang bila dosen hanya asyik
ceramah, sehingga membuat kami mengantuk, kami lebih suka diskusi dimana kami
saling mengemukakan argument kami untuk mendapatkan jawaban atau solusi terbaik
dari pertanyaan atau permasalahan yang hadir.
Seharusnya
sekolah atau intansi pendidikan manapun bisa melatih semua peserta didiknya
untuk aktif dan kritis dalam menanggapi sesuatu, pembelajaran tidak harus
selalu bersifat kognitif sesuai buku panduan, karena bila hanya mengejar nilai
yang ditargetkan, siswa menjadi tidak kreatif, mereka hany menginginkan nilai,
bukan kemampuan, mereka akan belajar giat untuk mendapat nilai tanpa tahu
maksud dari mereka mempelajari hal tersebut.
Setelah
saya terus meminta agar memulai semua dengan keberanian, mulai lah keaktifan
ditunjukan oleh para peserta, keberanian adalah awal yang benar-benar penting
untuk sebuah kesuksesan, berani berubah, berani melakukan seseuatu, akan
membawa kita pada sesuatu yang kita harapkan dan cita-citakan. Teringat sebuah
patahan kalimat dari seseorang “Takut itu tidak akan memperpanjang umur dan
bila Berani itupun tidak akan memperpendek umur” Jadi beranilah untuk melakukan
sesuatu, jangan biarkan ketakutan menghalangi kesuksesan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar