Sabtu, 05 Januari 2013

SALAM PERPISAHAN

Dan dibalik perpisahan itu, pasti ada makna yang mungkin bisa kita telaah.
“Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kukuh itu di kehidupan dunia dan akkhirat…” (QS. Ibrahim: 27).
Bepisah tak harus melulu menangis sedih. Berpisah tak harus selalu bermakna membuka gerbang keputusasaan. Dan berpisah tak harus selalu identik dengan putusnya hubungan dua manusia yang dilenakan cinta semu. Ada banyak makna tentang berpisah setidaknya berpisah yang akan diuraikan di sini adalah makna berpisah yang agung. Justru berpisah di sini adalah berpisah untuk menjemput kebahagiaan yang hakiki.
Perpisahan dan komitmen. Komitmen dan perpisahan. Setidaknya ada tiga makna berpisah dari sebuah komitmen. Berpisah dari sebuah komitmen menuju komitmen baru. Komitmen apa itu? Komitmen dari Syahadat kita. Karena Syahadat adalah salam perpisahan.
Ada tiga makna perpisahan dari komitmen keislaman kita (Syahdatain). Yang pertama berpisah artinya berlepas diri, yang kedua berpisah artinya ujian cinta, dan yang ketiga berpisah artinya berbeda.
Pertama, Berpisah= Berlepas Diri
Sobat, kemerdekaan yang telah negara ini dapat adalah sebuah proklamasi diri menjadi bangsa yang lepas dari semua intervensi, tekanan, dan kekangan dari semua bentuk fitnah.
Sejarah mencatat bahwa proklamasi itu menuntut sebuah totalitas. Tak peduli berapa jumlah kaumnya yang berhasil diusir, Ibrahim dan para pengikutnya tetap bertauhid di era lalimnya Namrud. Para pemuda ashabul kahfi pun memberi gambaran lain. Prokalmasi tidak lantas membuat keterikatan tegas dalam sekat kewilayahan., tapi berlepas diri adalah keyakinan untuk menegakan fitrah di manapun, walau hanya dalam sebuah gua terpencil. (lihat QS. Al-Kahfi ayat 14 sampai 16).
Belepas diri adalah kemuliaan. Ketidaktergantungan kepada musuh fitrah dan jahiliah akan membangun mindset psikologis yang penuh percaya, sejajar bahkan ungguk di hadapan tiran yang lacut.
Syahadat yang kita ucapakan adalah sebuah ikrar untuk berlepasa diri dari belenggu-belenggu kebodohan dan mush-musuh fitrah manusia.
Kedua, Berpisah= Ujian Cinta
 Saat dua kalimat syahadat terucap maka segala resiko dari ucapan berupa klaimat syahadat sudah menanti di depan mata. Dengarlah kisah-kisah para sahabat nabi setelah mereka mengucap dua kalimat syahadat, maka mereka akan diusir oleh keluarganya, dicampakan, diboikot, disiksa dan dipisahkan dari orang-orang yang dicintai.
Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan diri kalian. Dan kalian sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang  diberi kitab sebelum kalian dan orang-orang musyrik, gangguan yang banyak lagi menyakitkan hati…” (QS. Ali ‘Imran: 186).
Salah seorang sahabat Rasul, Shuhaib rela meninggalkan usaha dagangnya yang sukese untuk ikut berhijrah bersama kekasih Allah, Muhammad SAW.
Begitu pula dengan Sa’ad yang karena keislamannya, sang ibunda mogok makan untuk meluluhkan hati sang anak agar kembali pada agama terdahulu. “Bunda, seandainya bunda memiliki seratus nyawa dan ia keluar satu per satu di hadapan untuk memaksa nanda menanggalkan keyakinan ini, sekali-kali nanda tak akan pernah meniggalkan agama ini selamanya.”
Ketiga, Berpisah= Berbeda
Tidak artinya perpisahan secara fisik, kalau batin masih saling terikat. Tak ada kemerdekaan sejati, selama yang  jauh di mata masih dekat di hati. Perpisahan kita dengan keadaan yang membodohkan adalah perpisahan dari segala jenis keterbelengguan perasaan.
Mungkin sudah fitrah manusia untuk menyukai simbol-simbol sebagaimana manusia itu sebenaranya ingin meraih substansi. Islam, sebagai risalah sangat memahami kecenderungan ini. Substansinya adalah bahwa kegelapan jahiliyah dan penganutnya tidak sama dengan  Islam dan penegak-penegaknya.
Ini adalah substansi yang tidak akan sempurna tanpa implementasi. Cara pandang, pola pikir dan bingkai persepsi bisa jadi merupakan implementasi intelektualnya.
Dalam keseharian, seorang muslim harus memiliki karakter dan identitas. Bahkan juga penampilan yang berbeda dengan kaum-kaum yang terhukumi jahiliah. Bukan karena Islam bersifat eksklusif dan elitis. Tetapi Islam adalah sistem yang menyeluruh yang ingin menjadikan revolusi diri para pemeluknya. Ada jaminan perlindungan, kebanggaan identitas dan keterakuan bagi yang baru memasuki. Ada ketertarikan atas keunikannya bagi orang yang terpesona.
Hmmm… nah begitulah kurang lebih. Makna syahadat kita adalah perpisahan. Berpisah dari hal yang berbau jahiliah. Tidak gampang juga ya. Agar tak keliru persepsi cek referensi yang lain juga yaaa, hehe J (Intan KP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar