Dan dibalik perpisahan itu, pasti ada makna
yang mungkin bisa kita telaah.
“Allah meneguhkan orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang kukuh itu di kehidupan dunia dan akkhirat…” (QS. Ibrahim:
27).
Bepisah
tak harus melulu menangis sedih. Berpisah tak harus selalu bermakna membuka
gerbang keputusasaan. Dan berpisah tak harus selalu identik dengan putusnya
hubungan dua manusia yang dilenakan cinta semu. Ada banyak makna tentang
berpisah setidaknya berpisah yang akan diuraikan di sini adalah makna berpisah
yang agung. Justru berpisah di sini adalah berpisah untuk menjemput kebahagiaan
yang hakiki.
Perpisahan
dan komitmen. Komitmen dan perpisahan. Setidaknya ada tiga makna berpisah dari
sebuah komitmen. Berpisah dari sebuah komitmen menuju komitmen baru. Komitmen
apa itu? Komitmen dari Syahadat kita. Karena Syahadat adalah salam perpisahan.
Ada tiga
makna perpisahan dari komitmen keislaman kita (Syahdatain). Yang pertama
berpisah artinya berlepas diri, yang kedua berpisah artinya ujian cinta, dan
yang ketiga berpisah artinya berbeda.
Pertama,
Berpisah= Berlepas Diri
Sobat,
kemerdekaan yang telah negara ini dapat adalah sebuah proklamasi diri menjadi
bangsa yang lepas dari semua intervensi, tekanan, dan kekangan dari semua
bentuk fitnah.
Sejarah
mencatat bahwa proklamasi itu menuntut sebuah totalitas. Tak peduli berapa
jumlah kaumnya yang berhasil diusir, Ibrahim dan para pengikutnya tetap
bertauhid di era lalimnya Namrud. Para pemuda ashabul kahfi pun memberi
gambaran lain. Prokalmasi tidak lantas membuat keterikatan tegas dalam sekat
kewilayahan., tapi berlepas diri adalah keyakinan untuk menegakan fitrah di
manapun, walau hanya dalam sebuah gua terpencil. (lihat QS. Al-Kahfi ayat 14
sampai 16).
Belepas
diri adalah kemuliaan. Ketidaktergantungan kepada musuh fitrah dan jahiliah
akan membangun mindset psikologis yang penuh percaya, sejajar bahkan ungguk di
hadapan tiran yang lacut.
Syahadat
yang kita ucapakan adalah sebuah ikrar untuk berlepasa diri dari
belenggu-belenggu kebodohan dan mush-musuh fitrah manusia.
Kedua,
Berpisah= Ujian Cinta
Saat dua kalimat syahadat terucap maka segala
resiko dari ucapan berupa klaimat syahadat sudah menanti di depan mata.
Dengarlah kisah-kisah para sahabat nabi setelah mereka mengucap dua kalimat
syahadat, maka mereka akan diusir oleh keluarganya, dicampakan, diboikot,
disiksa dan dipisahkan dari orang-orang yang dicintai.
“Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap
harta dan diri kalian. Dan kalian sungguh-sungguh akan mendengar dari
orang-orang yang diberi kitab sebelum
kalian dan orang-orang musyrik, gangguan yang banyak lagi menyakitkan hati…”
(QS. Ali ‘Imran: 186).
Salah
seorang sahabat Rasul, Shuhaib rela meninggalkan usaha dagangnya yang sukese
untuk ikut berhijrah bersama kekasih Allah, Muhammad SAW.
Begitu
pula dengan Sa’ad yang karena keislamannya, sang ibunda mogok makan untuk
meluluhkan hati sang anak agar kembali pada agama terdahulu. “Bunda, seandainya
bunda memiliki seratus nyawa dan ia keluar satu per satu di hadapan untuk
memaksa nanda menanggalkan keyakinan ini, sekali-kali nanda tak akan pernah
meniggalkan agama ini selamanya.”
Ketiga,
Berpisah= Berbeda
Tidak
artinya perpisahan secara fisik, kalau batin masih saling terikat. Tak ada
kemerdekaan sejati, selama yang jauh di
mata masih dekat di hati. Perpisahan kita dengan keadaan yang membodohkan
adalah perpisahan dari segala jenis keterbelengguan perasaan.
Mungkin
sudah fitrah manusia untuk menyukai simbol-simbol sebagaimana manusia itu
sebenaranya ingin meraih substansi. Islam, sebagai risalah sangat memahami
kecenderungan ini. Substansinya adalah bahwa kegelapan jahiliyah dan
penganutnya tidak sama dengan Islam dan
penegak-penegaknya.
Ini
adalah substansi yang tidak akan sempurna tanpa implementasi. Cara pandang,
pola pikir dan bingkai persepsi bisa jadi merupakan implementasi
intelektualnya.
Dalam
keseharian, seorang muslim harus memiliki karakter dan identitas. Bahkan juga
penampilan yang berbeda dengan kaum-kaum yang terhukumi jahiliah. Bukan karena
Islam bersifat eksklusif dan elitis. Tetapi Islam adalah sistem yang menyeluruh
yang ingin menjadikan revolusi diri para pemeluknya. Ada jaminan perlindungan,
kebanggaan identitas dan keterakuan bagi yang baru memasuki. Ada ketertarikan
atas keunikannya bagi orang yang terpesona.
Hmmm…
nah begitulah kurang lebih. Makna syahadat kita adalah perpisahan. Berpisah
dari hal yang berbau jahiliah. Tidak gampang juga ya. Agar tak keliru persepsi
cek referensi yang lain juga yaaa, hehe J (Intan
KP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar