Kamis, 24 Januari 2013

Ketika Partai NasDem Diuji


Oleh: Mohamad Rian Ari Sandi

“Dalam politik, tidak ada kawan abadi, tidak ada juga lawan abadi. Yang abadi hanyalah kepentingan”.
Rasanya baru kemarin ketika saya menyaksikan bagaimana partai NasDem mendapatkan sebuah “amunisi” berlimpah setelah masuknya CEO MNC Group, Harry Tanoesudibjo menjadi bagian partai NasDem. Tidak tanggung-tanggung, HT langsung mendapatkan sebuah posisi penting di partai tersebut yakni sebaga Ketua Dewan Pakar. Tentu bukanlah sesuatu yang mengherankan, tanpa bermaksud menyepelekan kualitas HT, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa “modal kapital” lah yang membuat HT langsung mendapatkan tempat istimewa di Partai NasDem. Terbukti, Partai NasDem begitu gencar mendapatkan porsi iklan di media yang tergabung dalam MNC Group, seperti RCTI, MNC TV, Global TV, dan Harian Seputar Indonesia. Saya yakin, sedikit banyak iklan-iklan tersebut mampu mendongkrak popularitas maupun elektabilitas partai NasDem dalam menghadapi Pemilu 2014.
            Seperti lumrahnya sebuah organisasi apalagi organisasi partai politik, tentu tidak akan pernah bisa menghindar dari konflik internal. Pun dengan parpol baru seperti Partai NasDem. Walaupun dalam beberapa kesempatan sebelumnya Surya Paloh selaku Ketua Majelis Nasional Partai NasDem selalu mengatakan bahwa Partai NasDem tetap solid, pada kenyataannya kesolidan itu mulai goyah. Harry Tanoesudibjo pada hari senin 21 Januari dalam sebuah jumpa pers di Jakarta mengumumkan bahwa dirinya secara resmi telah mengundurkan diri baik selaku Ketua Dewan Pakar maupun sebagai anggota Partai NasDem, alasannya untuk mundur karena merasa NasDem sudah jauh keluar dari visi awal sebagai partai gerakan perubahan (HU Pikiran Rakyat 22 januari 2012). Dalam pernyataan tambahannya juga menyiratkan adanya sebuah perbedaan pendapat antara dirinya dengan Surya Paloh. HT menginginkan bahwa struktur organisasi partai yang ada saat ini tidak diutak-atik lagi karena sudah baik diisi oleh kalangan muda, tapi Surya Paloh justru menginginkan ada restrukturisasi organisasi partai dengan tujuan untuk lebih memperkuat partai. Surya Paloh pun diindikasikan ingin terjun langsung mengambil alih Ketua Umum Partai NasDem.
            Diakui atau tidak mundurnya HT merupakan tamparan keras bagi partai yang punya jargon khas “restorasi” ini. Karena ternyata mundurnya HT diikuti juga oleh mundurnya beberapa pengurus partai yang lain seperti Ahmad Rofiq yang sebelumnya menjabat sebagai sekretaris jenderal partai dan Rustam Efendi yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua DPW Jawa Barat. Lebih dari itu, mundurnya HT tentunya membuat “senjata” Partai NasDem berkurang. Kalau sebelumnya NasDem bisa mensosialisasikan diri secara gencar dan gratis melalui media televisi yang tergabung dalam MNC Group, kedepannya hal itu tentu tidak bisa lagi dilakukan secara gratis dan intensitasnya akan jauh berkurang. Dengan demikian bukan tidak mungkin popularitas dan elektabilitas Partai NasDem yang sebelumnya terus beranjak naik akan cenderung stagnan atau bahkan menurun.
            Sebelum HT mengundurkan diri saya sudah punya prediksi bahwa Partai NasDem akan menjalani debut gemilang di pemilu legislatif 2014. Berdasarkan beberapa hasil survei saya memprediksi di 2014 nanti partai NasDem paling minimal bisa menempati lima besar, bahkan bisa saja merangsek di posisi tiga besar, dan bukan mustahil Partai NasDem akan menjadi pemenang pemilu legislatif 2014. Namun setelah HT mundur, prediksi-prediksi tersebut tampaknya harus saya rombak ulang. Bahkan pengamat politik dari Universitas Indonesia, Donny Gahral, kepada Okezone.com mengungkapkan bahwa popularitas dan elektabilitas partai NasDem akan menurun pasca hengkangnya HT. Well, kita tunggu saja perkembangannya.
            Ada hal lain yang patut juga kita tunggu. Setelah mengumumkan pengunduran dirinya dari Partai NasDem, HT mengungkapkan tidak akan berhenti dalam aktivitas politik. Paling tidak ada tiga opsi yang bisa ia tempuh untuk terus berakarier dalam dunia politik. Pertama, ia bisa mendirikan organisasi massa untuk fokus ikut serta dalam perubahan Indonesia yang lebih baik. Kedua, mendirikan partai baru. Tapi melihat waktu pemilu 2014 yang sudah dekat tampaknya hal itu tidak memungkinkan (untuk saat ini). Dan ketiga, beragabung dengan partai peserta pemilu lain yang sudah ada. Jika pilihan ketiga yang diambil HT, tentu ia akan sangat dinanti-nantikan kehadirannya oleh partai-partai politik lain. Bagaimanapun posisinya sebagai pengusaha dan Bos media besar membuatnya mempunyai bargaining position yang sangat tinggi. Lantas, kemanakah bos HT akan berlabuh? Waktulah yang akan segera menjawab.

Tulisan ini juga dimuat di: http://politik.kompasiana.com/2013/01/25/ketika-partai-nasdem-diuji-527771.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar