Oleh:
Mohamad Rian Ari Sandi
“Dalam politik,
tidak ada kawan abadi, tidak ada juga lawan abadi. Yang abadi hanyalah
kepentingan”.
Rasanya
baru kemarin ketika saya menyaksikan bagaimana partai NasDem mendapatkan sebuah
“amunisi” berlimpah setelah masuknya CEO MNC Group, Harry Tanoesudibjo menjadi
bagian partai NasDem. Tidak tanggung-tanggung, HT langsung mendapatkan sebuah
posisi penting di partai tersebut yakni sebaga Ketua Dewan Pakar. Tentu
bukanlah sesuatu yang mengherankan, tanpa bermaksud menyepelekan kualitas HT,
tapi tidak dapat dipungkiri bahwa “modal kapital” lah yang membuat HT langsung
mendapatkan tempat istimewa di Partai NasDem. Terbukti, Partai NasDem begitu
gencar mendapatkan porsi iklan di media yang tergabung dalam MNC Group, seperti
RCTI, MNC TV, Global TV, dan Harian Seputar Indonesia. Saya yakin, sedikit
banyak iklan-iklan tersebut mampu mendongkrak popularitas maupun elektabilitas
partai NasDem dalam menghadapi Pemilu 2014.
Seperti lumrahnya sebuah organisasi
apalagi organisasi partai politik, tentu tidak akan pernah bisa menghindar dari
konflik internal. Pun dengan parpol baru seperti Partai NasDem. Walaupun dalam
beberapa kesempatan sebelumnya Surya Paloh selaku Ketua Majelis Nasional Partai
NasDem selalu mengatakan bahwa Partai NasDem tetap solid, pada kenyataannya
kesolidan itu mulai goyah. Harry Tanoesudibjo pada hari senin 21 Januari dalam
sebuah jumpa pers di Jakarta mengumumkan bahwa dirinya secara resmi telah
mengundurkan diri baik selaku Ketua Dewan Pakar maupun sebagai anggota Partai
NasDem, alasannya untuk mundur karena merasa NasDem sudah jauh keluar dari visi
awal sebagai partai gerakan perubahan (HU Pikiran Rakyat 22 januari 2012).
Dalam pernyataan tambahannya juga menyiratkan adanya sebuah perbedaan pendapat
antara dirinya dengan Surya Paloh. HT menginginkan bahwa struktur organisasi
partai yang ada saat ini tidak diutak-atik lagi karena sudah baik diisi oleh
kalangan muda, tapi Surya Paloh justru menginginkan ada restrukturisasi
organisasi partai dengan tujuan untuk lebih memperkuat partai. Surya Paloh pun
diindikasikan ingin terjun langsung mengambil alih Ketua Umum Partai NasDem.
Diakui atau tidak mundurnya HT
merupakan tamparan keras bagi partai yang punya jargon khas “restorasi” ini.
Karena ternyata mundurnya HT diikuti juga oleh mundurnya beberapa pengurus
partai yang lain seperti Ahmad Rofiq yang sebelumnya menjabat sebagai
sekretaris jenderal partai dan Rustam Efendi yang sebelumnya menjabat sebagai
Ketua DPW Jawa Barat. Lebih dari itu, mundurnya HT tentunya membuat “senjata”
Partai NasDem berkurang. Kalau sebelumnya NasDem bisa mensosialisasikan diri
secara gencar dan gratis melalui media televisi yang tergabung dalam MNC Group,
kedepannya hal itu tentu tidak bisa lagi dilakukan secara gratis dan
intensitasnya akan jauh berkurang. Dengan demikian bukan tidak mungkin
popularitas dan elektabilitas Partai NasDem yang sebelumnya terus beranjak naik
akan cenderung stagnan atau bahkan menurun.
Sebelum HT mengundurkan diri saya
sudah punya prediksi bahwa Partai NasDem akan menjalani debut gemilang di
pemilu legislatif 2014. Berdasarkan beberapa hasil survei saya memprediksi di
2014 nanti partai NasDem paling minimal bisa menempati lima besar, bahkan bisa
saja merangsek di posisi tiga besar, dan bukan mustahil Partai NasDem akan
menjadi pemenang pemilu legislatif 2014. Namun setelah HT mundur,
prediksi-prediksi tersebut tampaknya harus saya rombak ulang. Bahkan pengamat
politik dari Universitas Indonesia, Donny Gahral, kepada Okezone.com
mengungkapkan bahwa popularitas dan elektabilitas partai NasDem akan menurun
pasca hengkangnya HT. Well, kita
tunggu saja perkembangannya.
Ada hal lain yang patut juga kita
tunggu. Setelah mengumumkan pengunduran dirinya dari Partai NasDem, HT
mengungkapkan tidak akan berhenti dalam aktivitas politik. Paling tidak ada
tiga opsi yang bisa ia tempuh untuk terus berakarier dalam dunia politik.
Pertama, ia bisa mendirikan organisasi massa untuk fokus ikut serta dalam
perubahan Indonesia yang lebih baik. Kedua, mendirikan partai baru. Tapi
melihat waktu pemilu 2014 yang sudah dekat tampaknya hal itu tidak memungkinkan
(untuk saat ini). Dan ketiga, beragabung dengan partai peserta pemilu lain yang
sudah ada. Jika pilihan ketiga yang diambil HT, tentu ia akan sangat
dinanti-nantikan kehadirannya oleh partai-partai politik lain. Bagaimanapun
posisinya sebagai pengusaha dan Bos media besar membuatnya mempunyai bargaining position yang sangat tinggi. Lantas,
kemanakah bos HT akan berlabuh? Waktulah yang akan segera menjawab.
Tulisan ini juga dimuat di: http://politik.kompasiana.com/2013/01/25/ketika-partai-nasdem-diuji-527771.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar