Selasa, 01 Januari 2013

Hadirkan HIU di Hidupmu


2013 baru saja kita masuki, belum genap seminggu, dan saya merasakan euforia menyambut pergantian tahun biasa saja, soalnya hujan kan pas malam tahun barunya. Apa yang kalian lakukan di malam tahun baru? Apapun itu yang penting tidak sia-sia ya J.  Terlepas dari seperti apa paradigma orang terhadap perayaan tahun baru, saya ucapkan selamat tahun baru songsong hari ini dan esok lebih baik, biar jadi orang yang beruntung.
By the way, tahukan seperti apa perayaan menyambut tahun baru di negeri Sakura, Jepang? Sama sekali tidak ada kembang api. Di seluruh penjuru kota di Jepang, tidak ada satupun lokasi yang merayakan pergantian tahun dengan berpesta kembang api. Tapi masyarakat merayakan dan menyambut tahun baru di kuil-kuil dan rumah ibadah untuk memohon kebaikan di 2013 ini. Mungkin karena beberapa waktu lalau Jepang baru saja ditimpa musibah gempa, jadi tidak ada euforia yang bersifat pemborosan. But, memang Jepang negara yang displin juga penuh perhitungan. Dan perilaku masyarakat Jepang yang merayakan tahun baru dengan berdoa patut ditiru.
Berbicara soal Jepang, saya punya satu cerita menarik, ini tentang perilaku masyarakat Jepang dengan hobinya memakan makanan mentah tanpa dimasak terlebih dulu. Tentu semua sudha tahukan soal budaya masyarakat Jepang ini?
Orang-orang Jepang saking seringnya makan ikan mentah, daging mentah, sea food mentah jadi bisa membedakan mana ikan atau hewan yang segar dan tidak. Padahal menurut keasingan lidah kita yang namanya ikan mentah rasanya pasti akan sama saja antara yang segar dan tidak segar. Sulit dibedakan sepertinya. Tapi bagi masyarakat Jepang yang sudah paham soal rasa kesegaran ikan (kita ambil contoh ikan yang untuk topik kita ini), bisa dibedakan antara yang segar dan tidak. Bahkan mereka tahu mana ikan yang malas dan ikan yang tidak malas. Hmmm, ko bisa ya?
Suatu hari, sebuah restoran di Jepang kehabisan stok ikan untuk konsumennya, kemudian pihak restoran seperti biasa membeli ikan dari nelayan. Para nelayan mempunyai banyak stok ikan yang dibekukan di lemari es, akhirnya didistribusikanlah ke restoran tersebut. Namun saat ikan itu disajikan kepada pelanggan, para pelanggan tidak mau karena ikannya tidak segar. Para pelanggan tau bahwa ikan yang sedang mereka konsumsi itu buka ikan segar yang baru ditangkap, tapi ikan yang mati dan dibekukan berhari-hari disimpan dalam kulkas. Walhasil pihak restoran meminta kepada para nelayan untuk memberi ikan segar untuk dipasok ke restorannya, bukan ikan yang sudah berhari-hari disimpan dalam lemari es. Para nelayanpun menyangggupi.
Berhari-hari nelayan-nelayan itu pergi melaut mencari ikan dan ikan hasil tangkapan mereka simpan dalam wadah seadanya yang berisi air, sehingga memungkinkan ikan-ikan itu masih bisa bertahan hidup hingga sampai di restoran tempat mereka memasok ikan-ikan. Namun, saat sampai di meja konsumen, mereka tetap menolak ikan itu. Alasannya ikan itu sudah mati saat sampai di restoran dan rasanya tidak fresh lagi. Konsumen tak mau makan ikan yag tidak fresh.
Esoknya, nelayan kembali menangkap ikan dan kali ini mereka tempatkan ikan-ikan hasil tangkapanya di bejana yang cukup besar dari sebelumnya, sehingga ikan bisa berenang leluasa dan tidak mati karena berdesak-desakan dengan ikan lain. Begitu ikan sampai di restoran, ternyata ikan masih hidup. Pihak restoran yakin pelanggan tak akan lagi mengeluh, karena kali ini ikan yang sampai di restoran benar-benar masih hidup dan tentu akan segar. Ikan pun diolah dan disajikan. Daaaaaan pelanggan kembali menolak, “ini ikan memang segar, kami tau, tapi ini ikan malas, kami tidak mau memakan ikan yang malas, ikan malas bagi kami sama saja dengan ikan tidak fresh.”
Hampir saja pihak restoran dan nelayan kehilangan akal untuk memberi ikan fresh kepada pelanggan. Sampai akhirnya para nelayan menemukan cara bagaimana membuat ikan-ikan ini bergerak selama di air dalam perjalanan dari pantai ke restoran. Harus ada tekanan bagi ikan-ikan ini sehingga mereka tak diam di bejana, tapi bergerak. Mereka menyimpan hiu dalam bejana itu.
Benar! Beberapa ekor hiu kecil yang mereka simpan dalam bejana itu ternyata ampuh untuk membuat para ikan bergerak menghindari sang predator, hiu. Semua ikan lincah berenang ke atas, ke bawah, sehingga terhindar dari mangsaan hiu. Sampai akhirnya saat tiba di restoran, ikan-ikan itu diolah kemudian disajikan dan barulah konsumen mau memakan ikan-ikan itu karena mereka tau, ikan itu adalah kan yang tidak diam, tapi bergerak sehingga berakibat pada rasa daging ikannya, terasa lebih segar.
Apa hikmahnya? Kita belajar menjadi manusia yang selalu menghdirkan hiu-hiu kecil dalam kehidupan kita. Hiu-hiu itu bisa berupa target waktu, reward, punishment, atau apapun yang bisa membuat kita tidak berhenti berkarya. Saat kita mempunyai banyak tugas, maka yang harus kita lakukan adalah menyelesaikannya, tetapi mau berapa lama kita membereskan tugas-tugas itu? Jangan sampai berlarut-larut, harus punya deadline waktu penyelesaian. Agar kita mampu menyelesaikan tugas dengan baik dalam tempo yang tidak molor, harus kita hadirkan semangat atau hal yang mendorong kita mengerjakan tugas hingga selesai. Contoh, kita berjanji akan membeli es krim untuk diri sendiri kalau tugas itu selesai 2 hari dengan baik, kalau tidak maka kita tidak boleh jajan sebagai hukumannya. Dengan begitu kita akan terbiasa disiplin terhadap waktu, ini pun imbalannya dari diri sendiri bukan dari orang lain. Itu contoh kecil, masih banyak hal lain yang bisa kita jadikan hiu kecil untuk memacu kita bekerja. Missal. Kita akan meluncurkan sebuah buku, namun buku itu masih belum 100% selesai, agar buku itu rampung maka kita segera buat event launching buku kita 3 hari ke depan, dengan begitu aka nada semangat juga tantangan bagi kita untuk segera menyelesaikan buku itu karena mana mungkin kita launching tapi bukunya tidak ada. Itulah gunanya ‘hiu-hiu kecil’ dalam kehidupan. Ada untuk membuat kita terpacu dan menggapai asa dengan kerja cerdas. Segeralah hadirkan hiu kecil bahkan besar dalam hidup anda J      (Intan KP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar