Energi
tidak dapat dimusnahkan, hanya bisa diubah dari satu bentuk energi ke bentuk
energi lainnya.
Siapa
yang menanam pasti akan menuai hasil. Dan itu pasti, karena itu hukum sebab
akibat. Disebabkan karena kita memanam padi, maka akibatnya kita memanen padi
menjadi beras dan akhirnya kita makan nasi. Tidak mungkin kita menanam padi
menuai jagung. Hukum kekekalan energi mempunyi sisi singgungan yang sama dengan
sifat kausalitas, yakni persoalan zat yang berubah bentuk.
Seperti
analogi di atas, kita menanam padi dan hasil akhirnya adalah beras atau juga
bubur. Padi hakikatnya beras itu atau bubur itu adalah padi namun sudah berubah
bentuk menjadi nasi atau bubur. Seperti juga energi pada benda-benda disekitar
kita. Listrik adalah energi, jika kita menggunakan listrik untuk kipas angin
maka kipas akan bergerak dan menghasilkan udara yang sejuk. Ini namanya
perubahan energi dari energi potensial menjadi energi kinetik. Saat kita memakai listrik untuk setrika, maka
akan dihasilkan kalor atau panas . Yang ini adalah perubahan energi dari
potensial ke kalor.
Contoh
perubahan energi seperti di atas sebenarnya sangat berkaitan dengan kehidupan
kita sehari-hari. Bahkan kita hidup selalu bersamaan dengan energi, karenanya
jangan anggap remeh energi, karena salah memahami konsep energi maka kita yang
akan menanggung resikonya.
Energi itu kekal, tidak bisa hilang. Energi
hanya bisa berubah bentuk menjadi wujud energi yang lain. Kita berangkat
sejenak untuk menggunakan konsep energi ini untuk realita sosial bukan eksak.
Energi dalam kehidupan bisa berupa rasa marah, benci, sombong, cinta, sayang,
peduli, ambisi, kekuatan, mimpi, dan banyak hal lagi. Kalau kita sering
menginvestasikan energi positif dalam keseharian kita maka suatu saat nanti
energi positif itu akan kembali kepada kita. Tetapi jika kita sering menebar
kebencian, keangkuhan dan perasaan negatif kepada orang lain, maka suatu saat
nanti juga kita akan menuai hal negatif. Oleh karenanya sering-seringlah
menanam energi positif dalam gardu kehidupan kita, krena kita sendiri yang
membutuhkan, bukan orang lain. Jangan sampai hidup kita seperti keluarga ini,
keluarga yang menuai hasil dari energi positif yang ditanam dalam gardu
kehidupannya.
Bapak
X adalah seorang pejabat daerah terpandang, sayang sebagian besar harta
kekayaannya tidak diperoleh dari cara halal, melainkan lewat korupsi. Kita tahu
korupsi bukan perbuatan yang benar alias negatif, are you agree with me? Itu
berarti ia menafkahi keluarganya dengan? Uang haram. Cara seperti ini mugnkin sedikit
akan luput dari jeratan hukum manusia, tapi hukum alam tidak bisa deperdaya,
yang namanya berbuat kesalahan pasti akan menuai akibat dari kesalahnnya itu.
Sesuai dengan hukum kekelan energi. Singkat cerita, beberapa tahun setelah ia
menajabat, anaknya masuk rumah sakit, sakitnya parah dan menguras banyak harat
kekayaan yng selama ini dikumpulkan oleh Bapak X dari korupsi. Setelah dihitung
ternyata biaya pengobatan anaknya selama beberapa bulan itu sama dengan jumlah
uang korupsinya selama ini (2,5 M).
* * *
Lucu ya? Janji Allah itu pasti dan janji
manusia itu tidak ada yang bisa memastikan. Saat kita sering berperilaku
negatif dan senang memelihara berbagai prasangka negatif terhadap orang lain,
maka di kemudian hari jangan heran kalau akhirnya kita akan tersiksa dengan
energi negatif yang kita tanam sendiri. Begit pula denga kita yang senang berinvsetasi energi positif
di gardu kehidupan, kita akan memiliki banyak cadangan energi positif untuk
melewati kehidupan dengan mudah. Saat orang lain terpuruk,kita berikan ia
semangat dan senyum untuk membantu meirngankan bebannya. Di saat yang lain
manakala kita yang sedang terpuruk, maka senyum dan semangat itu akan kembali
kepada kita. Mau deh kaya gitu, menebar kepositifan di muka bumi dan menuai hasil
yang lebih indah yang dijanjikan Allah. Hihi :D
(Intan
KP)
asslmkm numpang lewat... terima kasih atas tulisan-nnya... di tunggu tulisan yang lainnya.. salam kenal... :)
BalasHapusferiansyach PErmata Sumut