Selasa, 01 Januari 2013

GARDU POSITIF

Energi tidak dapat dimusnahkan, hanya bisa diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya.
Siapa yang menanam pasti akan menuai hasil. Dan itu pasti, karena itu hukum sebab akibat. Disebabkan karena kita memanam padi, maka akibatnya kita memanen padi menjadi beras dan akhirnya kita makan nasi. Tidak mungkin kita menanam padi menuai jagung. Hukum kekekalan energi mempunyi sisi singgungan yang sama dengan sifat kausalitas, yakni persoalan zat yang berubah bentuk.
Seperti analogi di atas, kita menanam padi dan hasil akhirnya adalah beras atau juga bubur. Padi hakikatnya beras itu atau bubur itu adalah padi namun sudah berubah bentuk menjadi nasi atau bubur. Seperti juga energi pada benda-benda disekitar kita. Listrik adalah energi, jika kita menggunakan listrik untuk kipas angin maka kipas akan bergerak dan menghasilkan udara yang sejuk. Ini namanya perubahan energi dari energi potensial menjadi energi kinetik.  Saat kita memakai listrik untuk setrika, maka akan dihasilkan kalor atau panas . Yang ini adalah perubahan energi dari potensial ke kalor.
Contoh perubahan energi seperti di atas sebenarnya sangat berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan kita hidup selalu bersamaan dengan energi, karenanya jangan anggap remeh energi, karena salah memahami konsep energi maka kita yang akan menanggung resikonya.
 Energi itu kekal, tidak bisa hilang. Energi hanya bisa berubah bentuk menjadi wujud energi yang lain. Kita berangkat sejenak untuk menggunakan konsep energi ini untuk realita sosial bukan eksak. Energi dalam kehidupan bisa berupa rasa marah, benci, sombong, cinta, sayang, peduli, ambisi, kekuatan, mimpi, dan banyak hal lagi. Kalau kita sering menginvestasikan energi positif dalam keseharian kita maka suatu saat nanti energi positif itu akan kembali kepada kita. Tetapi jika kita sering menebar kebencian, keangkuhan dan perasaan negatif kepada orang lain, maka suatu saat nanti juga kita akan menuai hal negatif. Oleh karenanya sering-seringlah menanam energi positif dalam gardu kehidupan kita, krena kita sendiri yang membutuhkan, bukan orang lain. Jangan sampai hidup kita seperti keluarga ini, keluarga yang menuai hasil dari energi positif yang ditanam dalam gardu kehidupannya.
Bapak X adalah seorang pejabat daerah terpandang, sayang sebagian besar harta kekayaannya tidak diperoleh dari cara halal, melainkan lewat korupsi. Kita tahu korupsi bukan perbuatan yang benar alias negatif, are you agree with me? Itu berarti ia menafkahi keluarganya dengan? Uang haram. Cara seperti ini mugnkin sedikit akan luput dari jeratan hukum manusia, tapi hukum alam tidak bisa deperdaya, yang namanya berbuat kesalahan pasti akan menuai akibat dari kesalahnnya itu. Sesuai dengan hukum kekelan energi. Singkat cerita, beberapa tahun setelah ia menajabat, anaknya masuk rumah sakit, sakitnya parah dan menguras banyak harat kekayaan yng selama ini dikumpulkan oleh Bapak X dari korupsi. Setelah dihitung ternyata biaya pengobatan anaknya selama beberapa bulan itu sama dengan jumlah uang korupsinya selama ini (2,5 M).
*     *     *
 Lucu ya? Janji Allah itu pasti dan janji manusia itu tidak ada yang bisa memastikan. Saat kita sering berperilaku negatif dan senang memelihara berbagai prasangka negatif terhadap orang lain, maka di kemudian hari jangan heran kalau akhirnya kita akan tersiksa dengan energi negatif yang kita tanam sendiri. Begit pula denga  kita yang senang berinvsetasi energi positif di gardu kehidupan, kita akan memiliki banyak cadangan energi positif untuk melewati kehidupan dengan mudah. Saat orang lain terpuruk,kita berikan ia semangat dan senyum untuk membantu meirngankan bebannya. Di saat yang lain manakala kita yang sedang terpuruk, maka senyum dan semangat itu akan kembali kepada kita. Mau deh kaya gitu, menebar kepositifan di muka bumi dan menuai hasil yang lebih indah yang dijanjikan Allah. Hihi :D
(Intan KP)

1 komentar:

  1. asslmkm numpang lewat... terima kasih atas tulisan-nnya... di tunggu tulisan yang lainnya.. salam kenal... :)
    feriansyach PErmata Sumut

    BalasHapus