“Kamu
suka nulis dimana aja?” Tanya pria berambut gondrong, kepada pria muda
disampingnya. “Cuman di blog mas, paling kalau ada yang agak bagus dimuat di
Koran.” Jawab pria muda yang berambut gondrong juga. “Nah, modal bagus tuh,
udah kamu ikut saya aja, kita sama-sama belajar.” ajak pria yang merupakan
penulis fenomenal ‘Balada Si Roy” kepada pria muda beruntung yang ternyata
adalah saya sendiri Alam Syah Pratama Alisyahbana.
Bagi saya bertemu Gol A Gong seperti
mimpi disiang bolong, apa lagi dia begitu akrab kepada saya, dengan sedikit
celotehan dan sikap rendah hatinya, membuat saya semakin mengagumi penulis yang
sudah menelurkan lebih dari 70 novel ini. Bagaimana tidak tersanjung dengan
kerendahan hatinya, semua orang tahu bahwa karyanya merupakan salah satu
maestro sastra Indonesia, tapi saat saya bilang “Saya pengen belajar banyak
dari anda Mas”, pria yang akrab disapa Gong ini malah menjawab “Ah saya yang
harus belajar dari Alam, atau kita belajar sama-sama”. Benar-benar sosok penulis
yang ramah dan rendah hati, tidak ada kesombongan yang terlihat dari pria yang
kehilangan tangan kirinya diumur 11 tahun ini. Bahkan dia meminta saya untuk
mulai menulis cerpen atau novel, dan mulai memikirkan nama pena andai saya
benar-benar mau menjadi penulis fiksi, bagi Gol A Gong dengan nama pena lah
kita memulai proses kreatif kita, dimana imajinasi dan fantasi disatukan dengan
impian dan harapan untuk nama yang akan membawa kita menjadi apa yang kita
cita-citakan.
Gol A Gong lahir di Purwakarta, 15 Agustus
1963, tapi sejak tahun 1965 dia tinggal diserang bersama ayah dan ibunya yang
seorang pendidik. Manuskrip serial “Balada Si Roy” yang dikirim ke majalah HAI
pada Oktober 1988 adalah awal karir kepenulisan suami dari Tias Tatanka ini.
Sejak saat itu dia menjadi penulis hebat yang produktif, cerpen-cerpennya hadir
di majalah HAI, Gadis, Mode, Aneka Yess, Seputar Indonesia, Ummi, Annida,
Sabili, NOor dan Muslimah. Sudah sekitar 70 novel ditulisnya, Serial novel fenomenal “Balada Si
Roy” (Gramedia, 1989-1994 dan Hikmah, 2004), “Cinta Mu Seluas Samudera”
(Mizania Publika, 2001-2008), Al-Bahri (Asy Syaamil, 2001), Labirin Lazuardi
(Tiga Serangkai, 2005), Dua matahari (Zikrul Hakim, 2006) dan novel-novel
fenomenal lainnya. Serta buku-buku barunya di 2008 seperti “Aku Anak Matahari”,
“The Journey”, “Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup”, “Musafir” dan Buku yang
saya pegang saat menulis ini yaitu “Ledakan Idemu, Agar Kepalamu Nggak
Meledak”.
Gol A Gong benar-benar penulis hebat
yang menjadi inspirasi bagi saya, saya berharap saya dan banyak anak Indonesia
bisa menjadi penulis hebat seperti ayah dari 4 anak ini. Mari kita mulai
mengukirkan sejarah lewat karya-karya yang kita buat. Semoga AIR yang saya
garap bersama Rian dan Intan ini bisa mengantarkan kami menjadi penulis yang
bisa membuat Indonesia bangga memliki putra-putri seperti kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar