Selasa, 29 Januari 2013

TK, Taman Kanak-kanak bukan Taman Kemiliteran

Jika ada sebuah TK yang sepi, bukan TK namanya. Jika ada TK yang anaknya semua penurut apa kata guru, bukan TK namanya. Jika ada TK yang tidak riuh oleh celoteh, bukan TK namanya. Jika ada TK yang tidak ramai dengan tangis dan tawa, bukan TK namanya. Jika ada TK yang yang semua anaknya hanya duduk sampai jam 10, bukan TK namanya. Jika ada TK yang gurunya tidak kehabisan suara, bukan TK namanya. Yang terakhir barangkali sedikit berlebihan ya.
Ya, kali ini saya tertarik untuk menengok dunia kanak-kanak, kisaran usia 3-6 tahun.
Ada pengalaman yang ingin AIR bagikan pada teman-teman perihal perilaku unik dari anak-anka TK. Selain lucu dan menggemaskan, ternyata ada sisi lain yang kita tau, tapi sering kita tidak mau tau. Yaitu tentang kebebasan anak dalam berekspresi.
Anak usia TK adalah anak dimana mind set yang tertanam adalah bermain. Dan mindset ini benar. Jangan sampai guru atau orang tua mengekang anak dengan tidak memberinya ruang gerak yang luas untuk mengembangkan potensi anak. menurut salah satu dosen UPI, yang juga mengajar di Universitas Terbuka pada jurusan PG-PAUD (maaf saya lupa nama dosennya), mengatakan bahwa, jika anak disuruh berwudhu kemudian dia langsung berwudhu, maka patut dipertanyakan mengapa anak langsung nurut. Bisa jadi ada unsur didikan militer di dalamnya. Contoh ini terlepas dari wudhu ini memang hal yang harus dilakukan oleh setiap muslim saat akan shalat. Namun yang menjadi titik tekan di sini adalah biasanya dalam diri anak ada jiwa berontak dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Jika ia belum puas dengan apa yang ia dapat, maka tanpa lelah anak akan terus mendesak hingga ia terpuaskan.
Ada dua buah Taman Kanak-kanak yang menurut saya memiliki perbedaan yang kontras. Sebut saja TK Rb dan TK Ar. Di TK Rb anak-anaknya super luar biasa sangat sangat aktif. Bunda-bundanya (guru-guru TKnya)tak bisa kalau tak bersuara keras, karena anak-anaknya yang selalu bergerak dan bersuara. Walhasil, TK ini benar-benar TK yang hidup bagi saya.
Yang satu lagi, TK Ar, terlihat ‘damai’. Yang terdengar hanya suara guru satu orang sedang memimpin doa dan suara murid yang mengikuti penuh khidmat. Saya pikir ini sedang pirvat, ternyata memang ada kelas. Tapi ko anak-anaknya berbeda dengan kondisi TK Rb?
Apa  yang membuat keduanya memiliki keadaan ‘ramai’yang berbeda? Apakah anak-anak di TK Ar ada dalam tekanan sehingga tak bebas berekspresi atau memang anaknya pintar-pintar dan tak mau banyak bicara seperti di TK Rb.
Pertanyaan ini kemudian terjawab oleh dosen UPI yang saya lupa namanya itu. Beliau mengatakan bahwa:”jika ada sebuah tamak kanak-kanak yang muridnya diam, duduk manis dan selalu menuruti kalimat gurunya maka itu jelek, memangnya anak TK dididik secara militer harus selalu nurut? Tidak. Justru yang bagus itu adalah anak-anak TK yang aktif dan penuh celoteh, itu tanda bahwa anak itu cerdas.”
Oh, jadi jika anak-anak tidak bergerak justru aneh, karena khas dari yang namanya anak-anak ya ga bisa diam, tul kan?
Saya sendiri jadi belajar, bagaimana agar lebih sabar menghadapi anak-anak TK, karena pada hakikatnya mereka itu lucu dan menyenangkan, hanya saja sering ‘manja’. Hehe. (ikp 18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar